Namun... percaya atau tidak.. sedetik setelah aku tertabrak dari samping kiri, seseorang memeluk bahu dan badanku dari sebelah kanan. Aku meneruskan shalatku sementara orang yang memelukku itu -- juga orang yang tak kukenal -- bicara pada orang yang menabrakku.
" Jangan tabrak, " katanya, " Dan jangan lewat di depannya. Dia lagi shalat, " orang tak kukenal itu menunjukku.
Orang yang menabrakku mengangguk meminta maaf lalu mengambil jalan di belakangku, tak melintas ke depanku sama sekali.
Subhanallah.
Kuucapkan syukurku berulang kali. Sang Maha Cinta mengirimkan pertolonganNya. Para malaikat melindungi. Aku yang sedang sakit, dijagai dan ditolong oleh orang- orang tak dikenal saat aku datang ke Raudhah sendirian seperti itu. Betapa berterimakasihnya aku.
***
[caption id="attachment_3895" align="aligncenter" width="617" caption="Ramainya orang yang hendak dan usai melempar jumroh lalu lalang di Mina. Dok: rumahkayu"][/caption]
Ada banyak lagi cerita.
Kali ini di Masjidil Haram, juga di masa pra puncak haji. Saat kami sudah memasuki kota Mekah.
Suatu sore, aku ada di Masjidil Haram. Lepas ashar ketika itu. Niatku, aku akan berada di sana hingga shalat Maghrib dan Isya tiba.
Masjidil Haram penuh padat. Seringkali jika kita datang walau sudah agak jauh jam-nya dari waktu shalat, pintu- pintu masuk telah diberi penghalang, sebab di dalam sudah penuh sesak. Maka sore situ kuputuskan untuk tak kembali ke hotel dan kusambung saja waktuku di Masjidil Haram sejak Ashar hingga Isya.