Lewat maghrib, perutku tiba- tiba terasa lapar. Aku tak memiliki bekal makanan apapun dalam tasku. Jadi aku bicara sendiri dalam hati: sabar, tunggu sampai Isya selesai nanti setelah itu makan malam.
Tapi kembali, Sang Maha Pengasih dan para malaikat melindungi. Aku bahkan tak dibiarkan merasa agak lapar. Sebab tiba- tiba saja seseorang mencolekku dari arah belakang. Ketika aku menoleh, seorang jamaah perempuan di belakangku menyodorkan sepotong roti berlapis keju kepadaku.
Lagi- lagi, dia tak kukenal. Dan bahkan tak kuketahui berkebangsaan apa. Karena kendala bahasa, tak banyak percakapan yang bisa kulakukan. Kuterima saja roti itu, kutangkupkan tanganku sambil mengucapkan terima kasih.
Roti itu cukup untuk mengganjal rasa laparku hingga usai waktu Isya...
***
[caption id="attachment_3896" align="aligncenter" width="617" caption="Orang dari bebagai bangsa dan negara datang untuk beribadah. Dok: rumahkayu"][/caption]
Bukan hanya di Tanah Suci.
Di tanah air, itu pula yang terjadi.
Suatu sore, kudapat kabar bahwa si bungsu sakit. Dia diare dan muntah- muntah.
Aku khawatir.
Neneknya anak- anak, ibuku, datang dari luar kota dan menginap di rumah kami selama aku dan suamiku berangkat ke Tanah Suci.