Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Bersedia Menjadi Istri Kedua? (A True Story)

26 Oktober 2014   23:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:39 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wah !

Kuperhatikan si empunya cerita. Dia cantik. Tak tampak make up terpulas di wajahnya dan memang tak perlu sebab dia cantik. Dia santun, aku tak melihat kegenitan. Tapi...

Kriteria pertama suami idaman-nya adalah... punya mobil ?

Duh.

Punya mobil itu jauh dari hal esensial, menurut opiniku. Jadi merupakan kejutan bahwa ada yang menaruh itu bahkan sebagai syarat pertama suami idaman.

Apalagi ketika kudengar syarat kedua dan ketiganya yang juga menurutku juga jauh dari esensial ( rambut keriting, dan suku tertentu yang berbeda dengan suku seorang lelaki dari masa lalu yang pernah menyakitinya ). Tapi dari tiga kriteria tidak mendasar yang disebutkannya itu, kriteria pertama, yang utama, yang ditaruh sebagai prioritas, yang paling mengusikku.

" Kenapa punya mobil itu yang jadi kriteria pertama? " tanyaku, sungguh tak bisa menahan diri.

" Soalnya saya bosan naik angkot. Sebelum nikah, di rumah tidak ada mobil. Yang ada motor. Jadi sekali- sekali, kalau pergi, naik motor. Seringnya, ya naik angkot. "

Dia membahas juga tentang kriteria kedua dan ketiga dengan justifikasi yang pada akhirnya ya sudah, kutelan saja. Aku tak ingin membahas, sebab tahu bahwa pembahasan itu tak akan berujung, tak pula akan menghasilkan sesuatu.

Dangkal bagiku, penting baginya. Dan pikirku, toh dia mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa mengganggu orang lain, kenapa mesti diributkan? Jika dia bahagia dengan pemikiran macam itu, ya sudah, biar saja.

Aku tak lagi mendengarkan atau terlibat dalam pembicaraan, sementara dia terus bercakap- cakap dengan si gadis yang menjadi teman bicaranya, aku melakukan hal yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun