Mohon tunggu...
Ruki Setya
Ruki Setya Mohon Tunggu... Guru - momong anak-anak

menghabiskan waktu bersama anak-anak di kampung dengan bermain bola dan menulis untuk berbagi pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gejolak Dua Hati di Ujung Kemarau

6 Desember 2023   11:29 Diperbarui: 6 Desember 2023   11:44 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bertemanlah, Nak! Namun hubungan kalian tak lebih dari sekedar teman." kata Ayah Rani tegas

Mendengar pernyataan Satya yang baru saja lepas, Rani yang duduk di samping ayahnya tak mampu menahan isak tangisnya. Tubuh Rani bergunjang. Bahkan histeris.

"Tidak, Satya...!! Aku ingin bersamamu!" teriak Rani. Suara Rani kencang memenuhi ruang tamu berukuran 6 kali 4 meter itu. Nia dan Ibu Rani tergopoh dari dalam rumah untuk andil menenangkan Rani. Nia dan Ibunya membawa Rani ke dalam ruang tengah.

"Ran..!" bisik lembut ibunya, kemudian :"Jalani saja apa yang sedang terjadi. Ini semua karena sudah kehendak dan rencana baik Allah. Ingat Qur'an surat Al-A'la ayat awal; Segala ketentuan yang terjadi di dunia ini merupakan rencana Allah Swt. Tidak ada yang bisa mengubahnya, kecuali hanya Dia..." Nasehat ibu Rani yang fasih hafalan Al Qur'an.

"Tapi kenapa harus secepat ini, Ibu.  Aku tetap ingin berteman dengan Satya. Dialah yang selalu memberi semangat untuk terus mencapai cita-citaku."

"Ya.., ya, Ran. Bersabarlah sayang. Kalau sudah jodoh tidak akan kemana-mana, Nak!"

Rani memeluk erat ibunya dan tetap terisak. Air matanya telah membasahi baju ibunya.

Sementara di ruang tamu Satya telah menyelesaikan bincang penting dengan Ayah Rani.

"Jadi, saya lebih senang bila Rani bahagia seperti yang Bapak harapkan." tegas Satya kepada Ayah Rani.

"Semoga Allah memberi kelapangan untukmu, Nak!"

"mohon pamit, Bapak. Assalmualaikum..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun