Ada beberapa penyebab mengapa orang bersedia bekerja keras dan mengorbankan waktu tidur mereka bahkan terkadang mengorbankan kesehatan mereka, yaitu:
1. Hustle culture atau kondisi yang terjadi karena seseorang memiliki motivasi untuk bekerja melebihi batas waktu demi meraih kesuksesan.
Bagi generasi muda seperti Maura dan Mita atau bagi para fresh graduate, mereka seolah ingin bekerja keras lebih banyak daripada waktu normal.
Faktor yang mendorong gaya hidup gila kerja atau hustle culture ini salah satunya adalah mereka ingin menunjukkan kalau mereka mampu melakukannya.
Tidak jarang tuntutan dari orang-orang terdekat atau keinginan diakui sama hebatnya dan sama suksesnya seperti orangtua mereka, saudara-saudara atau teman-teman membuat mereka bekerja gila-gilaan dan mengabaikan kesehatan mereka sendiri.
Selain itu tuntutan kebutuhan hidup yang banyak mengharuskan mereka bekerja lebih keras supaya mendapatkan penghasilan besar terutama bagi mereka yang masih muda namun harus menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.
Gaya hidup hustle culture pada akhirnya dapat merusak keseimbangan kehidupan dan pekerjaan (worklife-balance) seseorang serta berdampak buruk terhadap kesehatan mental dan emosional.
2. Rasa takut kehilangan pekerjaan atau dipecat bila mereka tidak menunjukkan loyalitas total kepada perusahaan
Menurut Jeff Kingston, seorang profesor di Tokyo Temple University, di beberapa perusahaan Jepang ada budaya kerja di mana karyawan diharapkan untuk benar-benar berdedikasi dan bersedia mengorbankan waktu dan kesehatannya bagi perusahaan mereka.
Sebagian orang rela bekerja lebih giat -dan lebih lama- untuk menunjukkan etos kerja kepada perusahaan. Rasa takut dipecat, tidak mendapat promosi, atau ingin tampil lebih baik dari rekan kerja juga jadi alasan banyak orang melakukan hal ini.
Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan penurunan ekonomi yang sangat signifikan dan mengakibatkan banyak orang-orang yang kehilangan pekerjaan sehingga persaingan untuk tetap bertahan di tempat kerja semakin keras.