Orang-orang di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tercatat yang bekerja dalam durasi terpanjang di dunia. Di sisi lain, banyak orang Eropa menikmati budaya kerja yang merayakan liburan panjang dan waktu istirahat yang cukup.
Hal ini bisa dipahami mengingat pada umumnya negara-negara Asia jumlah penduduknya sangat besar sementara jumlah lowongan pekerjaan terbatas sehingga persaingan untuk mendapatkan dan mempertahankan pekerjaan jauh lebih keras dibanding di negara-negara Eropa.
Sikap masyarakat Eropa yang lebih mementingkan worklife-balance ini dituangkan dalam undang-undang. Aturan Waktu Kerja yang dibuat Uni Eropa, misalnya, melarang pegawai bekerja lebih dari 48 jam seminggu.
Belajar dari kasus kematian mendadak yang dialami oleh generasi muda atau para fresh graduate, sebagai orangtua kita perlu mengingatkan kepada mereka bahwa setiap orang mempunyai batasan masing-masing yang tidak boleh dilewati.
Konsep keseimbangan hidup atau worklife-balance sangat penting untuk menjaga agar mereka tidak kebablasan bekerja atau belajar terus menerus dan mengabaikan "alarm" tubuh karena mereka merasa masih muda dan kuat padahal kekuatan tubuh kita ada batasnya.
Selain itu mereka juga tidak perlu meniru orang lain yang telah sukses, entah itu orangtua sendiri, saudara ataupun teman-teman mereka.
Untuk itu sebagai orangtua kita jangan menuntut mereka dengan standar yang kita punyai dan jangan pernah membandingkan mereka dengan orang lain karena setiap orang unik dan tidak sama.
Jangan sampai gara-gara ingin sama dengan orang lain mereka mengorbankan hidup mereka. Sebagai orangtua kita harus menghargai setiap usaha yang mereka lakukan dengan sungguh-sungguh terlepas dari apapun hasilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H