Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersikap Bijak Menyikapi Konten Medsos Sebagai Sarana Pendidikan Informal Sepanjang Hayat

4 Februari 2025   01:35 Diperbarui: 4 Februari 2025   01:50 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Cerdig Media)

Pengantar: 

Pendidikan bukan lagi sesuatu yang terbatas hanya di ruang kelas atau di antara dinding-dinding sekolah. Di zaman sekarang, media sosial telah menjadi salah satu sarana paling kuat untuk belajar, berkembang, dan memperkaya wawasan. Platform-platform seperti YouTube, Instagram, LinkedIn, dan TikTok tidak hanya sekadar tempat untuk bersosialisasi, tetapi juga menjadi ruang bagi individu untuk mengeksplorasi berbagai topik mulai dari keterampilan praktis hingga pemikiran filosofis, bahkan tanpa perlu mengikuti kurikulum formal.

Contoh nyata dari fenomena ini sangat mudah ditemukan. Misalnya, seorang pemuda bernama Alex, yang bekerja sebagai barista, memanfaatkan YouTube untuk belajar teknik pemrograman. Melalui kursus gratis yang ia ikuti di platform tersebut, ia akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai pengembang perangkat lunak di sebuah perusahaan teknologi terkemuka. Begitu pula dengan Tania, seorang ibu rumah tangga yang menonton video tutorial di Instagram dan TikTok untuk mempelajari cara membuat kerajinan tangan, yang kemudian ia jual secara online dan sukses membangun bisnis kecil-kecilan yang berkembang pesat.

Selain itu, media sosial juga menjadi tempat bagi para profesional dan ahli di bidangnya untuk berbagi pengetahuan. Misalnya, seorang dosen universitas yang aktif di LinkedIn memberikan webinar gratis mengenai kecerdasan buatan (AI) untuk para profesional muda, atau bahkan seorang pakar pemasaran yang secara rutin berbagi trik-trik pemasaran digital lewat postingan di Twitter dan Instagram. Pembelajaran jenis ini, yang seringkali bersifat informal dan tidak terikat waktu maupun tempat, sangat mendukung gagasan pendidikan sepanjang hayat (lifelong education), yaitu proses belajar yang terus berlangsung sepanjang hidup.

Namun, dengan segala kemudahan yang ditawarkan, pendidikan informal melalui media sosial juga menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan validitas dan kualitas konten yang tersebar. Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam bagaimana media sosial, meskipun memiliki potensi luar biasa dalam mendukung pendidikan sepanjang hayat, memerlukan validasi dan pengawasan agar benar-benar dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan yang berkualitas dan efektif.

Legitimasi Pendidikan Informal melalui Media Sosial

Pendidikan informal melalui media sosial memunculkan pertanyaan terkait dengan legitimasi, yaitu apakah proses pembelajaran yang berlangsung melalui platform ini diakui atau diterima secara sah oleh masyarakat atau institusi formal. Legitimasi ini mencakup pengakuan terhadap kualitas dan keabsahan konten yang disajikan serta pemahaman bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui media sosial dapat membawa manfaat yang sah dan diterima secara luas.

a. Perspektif Legitimasi dari Lembaga Pendidikan Formal

Pendidikan formal, yang umumnya diakui oleh lembaga pendidikan dan negara, sering kali menjadi standar utama dalam mengukur kualitas pendidikan. Oleh karena itu, media sosial sebagai sarana pendidikan informal harus menghadapi tantangan dalam memperoleh legitimasi dari lembaga-lembaga ini. Pendidikan formal lebih mengutamakan kurikulum yang telah terstruktur, pengajaran oleh tenaga pendidik yang bersertifikat, serta sistem evaluasi yang terstandarisasi. Dalam konteks ini, media sosial sebagai platform pendidikan informal dianggap masih belum dapat menawarkan jaminan yang sama terkait kredibilitas dan kualitas.

Namun, penting untuk dicatat bahwa legitimasi pendidikan melalui media sosial dapat diperoleh melalui kolaborasi antara pembuat konten dan lembaga pendidikan formal. Misalnya, dengan adanya kemitraan antara platform media sosial dan universitas atau institusi pendidikan lainnya, konten yang disajikan dapat memperoleh pengakuan sebagai bagian dari proses pembelajaran yang sah. Dalam hal ini, media sosial dapat berfungsi sebagai saluran pembelajaran tambahan yang diakui untuk mendukung pendidikan formal atau non-formal.

b. Validasi dan Sertifikasi sebagai Jalan Legitimasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun