Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Manusia Tidak Pernah Puas Mengejar Harta?

31 Januari 2025   22:40 Diperbarui: 31 Januari 2025   23:01 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Tempo.co)

Hubungan Antara Keinginan dan Konsumerisme

Keinginan yang tak terbatas juga sangat terkait dengan fenomena konsumerisme dalam masyarakat modern. Jean Baudrillard, seorang filsuf dan sosiolog Prancis, berpendapat bahwa masyarakat konsumerisme didorong oleh dorongan yang tidak pernah puas untuk memiliki lebih banyak barang dan pengalaman. Menurut Baudrillard, konsumerisme bukan hanya tentang membeli barang, tetapi lebih pada pencarian identitas dan makna melalui kepemilikan. Dalam pandangannya, iklan dan media sosial memperkuat kecenderungan ini dengan menciptakan kebutuhan yang seolah-olah tak terbatas, mengarahkan orang untuk terus mengejar barang atau pengalaman baru sebagai cara untuk meningkatkan status sosial dan identitas pribadi mereka. Dalam masyarakat seperti itu, keinginan individu menjadi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dan perbandingan sosial, daripada kebutuhan yang sesungguhnya.

Teori Ekonomi tentang Ketidakterbatasan Keinginan

Dalam bidang ekonomi, ketidakterbatasan keinginan ini tercermin dalam konsep yang dikenal sebagai the law of diminishing marginal utility (hukum utilitas marjinal yang menurun). Konsep ini mengacu pada pengamatan bahwa setiap tambahan kekayaan atau konsumsi barang tertentu hanya memberikan manfaat yang semakin kecil seiring waktu. Artinya, semakin banyak seseorang memiliki suatu barang atau pengalaman, semakin sedikit kepuasan tambahan yang diperoleh dari setiap unit tambahan. Misalnya, setelah membeli satu mobil, meskipun membeli mobil lain bisa memberikan kenyamanan tambahan, kepuasan dari mobil kedua atau ketiga tidak akan sebesar kepuasan yang didapatkan dari mobil pertama. Ini menunjukkan bahwa keinginan manusia untuk terus memperoleh lebih banyak tidak menghasilkan kepuasan yang berkelanjutan.

Namun, Abraham Maslow dalam Maslow's Hierarchy of Needs mengajukan pandangan yang sedikit berbeda. Ia mengemukakan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang berjenjang, dari yang dasar seperti kebutuhan fisiologis hingga yang lebih tinggi seperti aktualisasi diri. Meski kebutuhan manusia bersifat tak terbatas, setiap tingkat pemenuhan kebutuhan memiliki dampak tertentu pada kesejahteraan individu. Ketika kebutuhan yang lebih dasar dipenuhi, manusia cenderung mencari pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi, yang tidak hanya berkaitan dengan harta benda, tetapi juga dengan pencapaian pribadi, pengembangan diri, dan kontribusi kepada masyarakat. Maslow berargumen bahwa pencapaian kebahagiaan sejati terjadi ketika individu mencapai aktualisasi diri, bukan dengan mengumpulkan kekayaan atau hal-hal materi lainnya.

Ketidakterbatasan Keinginan dalam Dunia Modern

Dalam dunia yang semakin terhubung dan digital, ketidakterbatasan keinginan semakin diperburuk oleh media sosial dan budaya viral yang mengedepankan kesuksesan material sebagai tolok ukur kebahagiaan. Sherry Turkle, seorang ahli psikologi sosial, mengingatkan kita bahwa media sosial sering kali memanipulasi persepsi kita tentang apa yang kita butuhkan untuk merasa dihargai atau sukses. Di platform sosial, standar kecantikan, kekayaan, atau pencapaian sering kali dibesar-besarkan dan dicontohkan secara berlebihan, menciptakan ilusi bahwa kehidupan yang lebih baik hanya dapat dicapai melalui pencapaian material tersebut. Hal ini mengarah pada siklus ketidakpuasan yang tak berkesudahan, di mana individu merasa bahwa mereka harus terus berusaha mengejar pencapaian yang lebih tinggi atau lebih baru, meskipun pencapaian tersebut tidak memberikan kepuasan yang abadi.

Mengatasi Ketidakterbatasan Keinginan

Untuk mengatasi ketidakterbatasan keinginan ini, penting bagi individu untuk mengembangkan kesadaran diri dan mindfulness. Jon Kabat-Zinn, seorang ahli dalam bidang mindfulness, mengajarkan bahwa dengan berfokus pada saat ini dan menerima keadaan kita sebagaimana adanya, kita dapat mengurangi dorongan untuk terus mencari kepuasan eksternal. Dalam pandangan ini, kebahagiaan tidak datang dari akumulasi harta atau pencapaian luar, melainkan dari penerimaan terhadap kehidupan yang ada dan rasa syukur atas apa yang telah kita miliki.

Selain itu, pengembangan kebijaksanaan juga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada keinginan yang tiada akhir. Filsuf Socrates menekankan pentingnya mengenal diri sendiri untuk menemukan kebahagiaan yang sejati. Dalam hal ini, kesadaran akan ketidakterbatasan keinginan dapat menjadi langkah pertama menuju pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang benar-benar kita butuhkan untuk hidup yang bermakna dan memuaskan.

Ketidakterbatasan keinginan adalah salah satu penyebab utama mengapa mengumpulkan harta tidak pernah membawa kepuasan yang langgeng. Keinginan manusia yang terus berkembang dan tidak terbatas menciptakan siklus pencarian yang tiada akhir, di mana setiap pencapaian baru hanya sementara memuaskan dan segera digantikan oleh keinginan baru. Meskipun kekayaan dan materi dapat memberikan kenyamanan dan status sosial, kebahagiaan sejati dan kepuasan hidup yang lebih langgeng berasal dari pencapaian yang lebih dalam, seperti hubungan yang bermakna, pengembangan diri, dan kontribusi sosial. Oleh karena itu, untuk mencapai kebahagiaan yang berkelanjutan, kita perlu belajar untuk mengendalikan keinginan kita dan mencari makna yang lebih mendalam dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun