Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Manusia Tidak Pernah Puas Mengejar Harta?

31 Januari 2025   22:40 Diperbarui: 31 Januari 2025   23:01 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Tempo.co)

Solusi untuk Mengurangi Dampak Perbandingan Sosial

Salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif dari perbandingan sosial adalah dengan fokus pada pencapaian pribadi dan rasa syukur. Albert Bandura, dalam teori self-efficacy-nya, menyarankan agar individu lebih menilai diri mereka berdasarkan pencapaian dan perkembangan pribadi mereka, bukan berdasarkan apa yang dimiliki oleh orang lain. Meningkatkan kesadaran tentang nilai-nilai yang lebih dalam, seperti makna hidup, hubungan sosial yang bermakna, dan kontribusi terhadap masyarakat, dapat mengurangi perasaan tidak puas yang muncul dari perbandingan sosial.

Selain itu, mengatur penggunaan media sosial secara lebih bijak juga dapat membantu. Menghindari perbandingan sosial yang tidak sehat dengan membatasi paparan terhadap gaya hidup ideal yang sering kali ditampilkan di media sosial bisa mengurangi kecemasan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh perbandingan sosial.

Perbandingan sosial memainkan peran penting dalam membentuk perasaan puas atau tidak puas terhadap kehidupan seseorang, terutama dalam hal materi. Sering kali, perbandingan sosial dengan orang yang lebih kaya atau lebih sukses dapat menimbulkan perasaan ketidakpuasan yang mendalam, meskipun kita mungkin sudah memiliki lebih dari cukup. Dengan kesadaran yang lebih besar terhadap bagaimana perbandingan sosial bekerja dan dampaknya terhadap kebahagiaan, kita dapat belajar untuk lebih fokus pada pencapaian pribadi dan membangun rasa syukur, daripada terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.

3. Ketakutan Kehilangan

Ketakutan akan kehilangan adalah salah satu faktor psikologis yang mendalam yang dapat mendorong individu untuk terus mengumpulkan lebih banyak harta atau materi, meskipun mereka sudah memiliki lebih dari cukup. Fenomena ini dikenal dengan istilah loss aversion, yang pertama kali dijelaskan dalam teori prospek oleh psikolog Daniel Kahneman dan Amos Tversky pada tahun 1979. Loss aversion menggambarkan fenomena di mana kerugian dirasakan lebih intens daripada keuntungan yang setara. Dengan kata lain, manusia lebih merasa sakit ketika kehilangan sesuatu yang dimiliki, dibandingkan dengan rasa bahagia yang mereka rasakan ketika memperoleh sesuatu yang baru. Dalam konteks kekayaan dan materi, ketakutan akan kehilangan menjadi pendorong utama bagi banyak orang untuk terus mengejar lebih banyak harta, dengan harapan bahwa memiliki lebih banyak akan mengurangi potensi kehilangan.

Pandangan Ahli tentang Ketakutan Kehilangan

Kahneman dan Tversky dalam teori prospek mereka menjelaskan bahwa manusia cenderung berfokus pada apa yang dapat hilang daripada pada apa yang bisa didapatkan. Perasaan takut kehilangan bukan hanya berhubungan dengan materi atau kekayaan, tetapi juga dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan seperti hubungan sosial, status, atau reputasi. Namun, dalam konteks harta benda, loss aversion mengarah pada perilaku konsumerisme yang berlebihan, di mana individu terus mengumpulkan lebih banyak harta untuk mengurangi ketidakpastian dan ketakutan akan kehilangan.

Fenomena ini seringkali memperburuk kecemasan dan stres. Sebagaimana dijelaskan oleh Richard Thaler, seorang ekonom pemenang Hadiah Nobel, ketakutan akan kehilangan sering kali mempengaruhi keputusan ekonomi individu, seperti dalam hal investasi atau pengeluaran. Misalnya, seseorang yang memiliki kekayaan yang cukup tetapi takut kehilangan status sosial atau kekayaan tersebut, mungkin akan menghabiskan waktu dan energi untuk melindungi dan memperbesar kekayaannya, bukannya mencari cara untuk menikmati kehidupan yang lebih sederhana dan memuaskan.

Ketakutan Kehilangan dan Keamanan Finansial

Sebagian besar ketakutan ini berasal dari pemikiran bahwa kekayaan atau materi dapat memberikan rasa aman dalam hidup. Di dunia yang penuh ketidakpastian, banyak orang beranggapan bahwa dengan memiliki banyak uang, mereka dapat membeli keamanan, baik itu dalam bentuk perlindungan finansial atau status sosial yang lebih tinggi. Namun, meskipun kekayaan dapat memberikan kenyamanan tertentu, perasaan takut kehilangan tetap ada, bahkan semakin besar seiring dengan bertambahnya harta yang dimiliki. Ini disebabkan oleh fakta bahwa semakin banyak yang kita miliki, semakin besar pula potensi kerugian yang harus kita hadapi jika kehilangan itu terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun