Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Memahami Defisit APBN : Apa, Mengapa dan Bagaimana Dampaknya?

30 Januari 2025   22:07 Diperbarui: 30 Januari 2025   22:07 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Law Justice)

Apa Itu Defisit APBN?

Defisit APBN terjadi ketika pengeluaran pemerintah lebih besar daripada penerimaan negara dalam satu tahun anggaran. Dengan kata lain, negara membelanjakan lebih banyak uang dibandingkan dengan yang diperolehnya dari pajak, penerimaan non-pajak, serta hibah. Defisit ini bukanlah hal yang luar biasa karena banyak negara di dunia juga mengalaminya, baik negara maju maupun berkembang.

Namun, yang membedakan adalah bagaimana defisit dikelola dan untuk tujuan apa uang tersebut digunakan. Jika digunakan untuk belanja produktif yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, defisit bisa menjadi bagian dari strategi yang baik. Sebaliknya, jika defisit terjadi akibat pengeluaran yang tidak efisien atau korupsi, maka hal ini bisa berdampak buruk bagi stabilitas ekonomi jangka panjang.

Sumber Pendapatan Negara dalam APBN

Untuk memahami lebih dalam mengenai defisit APBN, penting untuk mengetahui dari mana saja sumber pendapatan negara. Secara umum, penerimaan negara berasal dari tiga sumber utama:

  1. Pajak
    Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar dalam APBN. Pajak yang dikumpulkan pemerintah mencakup:

    • Pajak Penghasilan (PPh), yang dikenakan pada individu dan badan usaha yang memperoleh penghasilan.
    • Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang dikenakan pada transaksi jual beli barang dan jasa.
    • Bea Masuk dan Cukai, yang dikenakan pada barang impor serta produk tertentu seperti rokok dan minuman beralkohol.
    • Pajak Daerah, yang mencakup pajak kendaraan, pajak hotel, restoran, serta pajak lainnya yang dikumpulkan oleh pemerintah daerah.
  2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
    Selain pajak, pemerintah juga memperoleh pendapatan dari sumber lain yang tidak bersifat pajak, antara lain:

    • Pendapatan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti dividen dari perusahaan-perusahaan milik negara (misalnya Pertamina, PLN, dan Telkom).
    • Royalti dan PNBP dari sektor sumber daya alam, seperti hasil tambang, minyak dan gas bumi, serta sektor kehutanan.
    • Retribusi dari berbagai layanan publik, seperti biaya administrasi dokumen negara dan tarif tol jalan yang dikelola oleh pemerintah.
  3. Hibah
    Hibah merupakan sumbangan atau bantuan yang diberikan kepada pemerintah, baik dari dalam maupun luar negeri. Meskipun jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan pajak dan PNBP, hibah tetap menjadi salah satu sumber pendapatan dalam APBN.

Ke Mana Uang Negara Dibelanjakan?

Setelah memperoleh pendapatan, pemerintah menggunakan dana tersebut untuk membiayai berbagai program dan kegiatan yang tertuang dalam APBN. Secara garis besar, belanja negara terbagi menjadi beberapa kategori utama:

  1. Belanja Infrastruktur

    • Membangun jalan tol, jembatan, pelabuhan, bandara, dan rel kereta api untuk meningkatkan konektivitas.
    • Mendirikan bendungan dan irigasi untuk meningkatkan ketahanan pangan.
    • Mengembangkan proyek strategis nasional seperti ibu kota baru dan infrastruktur digital.
  2. Belanja Sosial

    • Subsidi energi, seperti subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik untuk masyarakat miskin.
    • Bantuan sosial (Bansos), termasuk program keluarga harapan (PKH) dan bantuan pangan.
    • Anggaran pendidikan, termasuk beasiswa dan subsidi sekolah gratis.
    • Anggaran kesehatan, seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan program vaksinasi.
  3. Belanja Pegawai

    • Gaji dan tunjangan bagi aparatur sipil negara (ASN), TNI, Polri, serta pejabat negara.
    • Anggaran untuk operasional kementerian dan lembaga pemerintahan.
  4. Pembayaran Utang dan Bunga Utang

    • Pemerintah mengalokasikan dana untuk membayar utang yang telah jatuh tempo serta bunga atas utang yang telah diambil.

Bagaimana Jika Pengeluaran Lebih Besar dari Penerimaan?

Ketika pengeluaran negara lebih besar daripada penerimaannya, maka terjadi defisit APBN. Untuk menutup kekurangan ini, pemerintah memiliki beberapa opsi, yaitu:

1. Berutang

Pemerintah dapat menutup defisit dengan berutang, baik melalui:

  • Penerbitan Surat Utang Negara (SUN), yang dijual kepada investor domestik maupun asing.
  • Pinjaman dari lembaga internasional, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
  • Peminjaman dalam negeri, seperti dari perbankan nasional atau lembaga keuangan lainnya.

Utang yang diambil harus dikelola dengan bijak, karena jika terlalu besar, bisa menambah beban anggaran negara untuk membayar bunga dan cicilan utang di tahun-tahun berikutnya.

2. Meningkatkan Pajak

Pemerintah bisa menaikkan penerimaan dengan:

  • Menaikkan tarif pajak, seperti meningkatkan PPN atau pajak penghasilan.
  • Memperluas basis pajak, yaitu dengan mendorong lebih banyak masyarakat dan pelaku usaha untuk patuh membayar pajak.
  • Meningkatkan efisiensi perpajakan, dengan memperbaiki sistem administrasi dan mencegah kebocoran pajak.

Namun, langkah ini harus dilakukan dengan hati-hati karena pajak yang terlalu tinggi bisa membebani masyarakat dan dunia usaha, sehingga justru memperlambat pertumbuhan ekonomi.

3. Mengurangi Belanja Negara

Opsi lain adalah dengan memangkas pengeluaran pemerintah, misalnya:

  • Mengurangi subsidi energi, agar anggaran lebih fokus pada pembangunan jangka panjang.
  • Mengefisienkan belanja pegawai, seperti dengan digitalisasi layanan publik dan reformasi birokrasi.
  • Membatasi proyek yang kurang prioritas, sehingga anggaran lebih fokus pada kebutuhan mendesak.

Namun, pemotongan anggaran bisa berdampak negatif jika dilakukan tanpa perhitungan matang, misalnya menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat atau melemahkan sektor usaha.

Defisit APBN bukanlah sesuatu yang selalu buruk. Dalam kondisi tertentu, defisit bisa menjadi strategi yang efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama jika dana yang diperoleh digunakan untuk investasi jangka panjang seperti infrastruktur dan peningkatan kualitas SDM.

Namun, defisit bisa menjadi masalah serius jika tidak dikelola dengan baik. Jika pemerintah terlalu bergantung pada utang tanpa strategi peningkatan pendapatan yang jelas, maka dalam jangka panjang, utang bisa menjadi beban yang sulit untuk dibayar.

Oleh karena itu, kunci utama dalam mengelola defisit APBN adalah keseimbangan,  menggunakan utang dan belanja negara secara efisien, meningkatkan pendapatan tanpa membebani masyarakat, serta menjaga agar rasio defisit tetap dalam batas aman.

Sebagai masyarakat, kita perlu memahami bagaimana defisit APBN bekerja agar bisa menilai kebijakan ekonomi pemerintah secara lebih kritis dan memastikan bahwa anggaran negara digunakan untuk kesejahteraan rakyat, bukan hanya untuk kepentingan segelintir pihak.

Defisit APBN: Positif atau Negatif?

Defisit APBN sering kali dipandang sebagai sesuatu yang negatif, tetapi dalam praktiknya, defisit dapat menjadi alat kebijakan ekonomi yang efektif jika dikelola dengan baik. Pertanyaannya bukanlah apakah defisit itu baik atau buruk, tetapi bagaimana defisit tersebut digunakan dan dikelola.

Jika digunakan secara produktif, defisit bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, jika dikelola secara tidak hati-hati, defisit bisa menjadi beban fiskal yang berat bagi negara di masa depan.

Kapan Defisit APBN Berdampak Positif?

✅ 1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Defisit APBN bisa memberikan dampak positif jika digunakan untuk investasi produktif yang meningkatkan kapasitas ekonomi nasional. Salah satu contoh konkret adalah pembangunan infrastruktur seperti:

  • Jalan tol Trans Jawa dan Trans Sumatera yang mempercepat distribusi barang dan jasa serta mengurangi biaya logistik.
  • Pelabuhan dan bandara baru yang memperkuat konektivitas nasional dan meningkatkan daya saing ekspor.
  • Investasi dalam teknologi dan digitalisasi yang mempercepat transformasi ekonomi.

Ketika infrastruktur membaik, biaya usaha turun, daya saing industri meningkat, dan lapangan kerja bertambah, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

✅ 2. Sebagai Alat Stimulus Saat Krisis

Pada saat krisis ekonomi, defisit APBN sering kali menjadi instrumen penyelamat untuk menjaga stabilitas ekonomi. Contohnya:

  • Pandemi COVID-19 (2020-2021): Defisit APBN Indonesia melonjak hingga Rp 956,3 triliun, tetapi dana tersebut digunakan untuk bantuan sosial, subsidi kesehatan, serta Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
  • Jika pemerintah tidak berani mengambil kebijakan fiskal ekspansif, dampaknya bisa lebih buruk: daya beli masyarakat turun, banyak usaha gulung tikar, pengangguran melonjak, dan resesi semakin dalam.

Dengan adanya kebijakan defisit yang tepat sasaran, ekonomi bisa kembali pulih lebih cepat setelah krisis.

✅ 3. Memungkinkan Pengelolaan Fiskal yang Fleksibel

Defisit APBN yang terukur memungkinkan pemerintah memiliki fleksibilitas fiskal dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Jika dikelola dengan hati-hati, pemerintah tetap bisa merancang kebijakan ekonomi yang:

  • Proaktif dalam menghadapi tantangan ekonomi global, seperti perang dagang atau krisis energi.
  • Menjaga daya beli masyarakat, dengan subsidi yang tepat sasaran dan stimulus ekonomi.
  • Meningkatkan investasi sektor publik, untuk mempercepat transformasi ekonomi.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang sering mengalami defisit APBN namun tetap stabil, karena defisit digunakan untuk memperkuat fundamental ekonomi mereka.

Kapan Defisit APBN Menjadi Berbahaya?

❌ 1. Ketergantungan pada Utang

Jika defisit terjadi secara terus-menerus tanpa ada upaya peningkatan pendapatan negara, pemerintah akan terjebak dalam ketergantungan pada utang. Hal ini bisa meningkatkan rasio utang terhadap PDB dan menciptakan beban keuangan yang besar.

Sebagai contoh, beberapa negara seperti Argentina dan Sri Lanka mengalami krisis utang karena terlalu banyak berutang untuk menutup defisit, tanpa strategi yang jelas untuk membayar kembali utang tersebut.

❌ 2. Beban Masa Depan

Setiap utang yang diambil untuk menutupi defisit harus dibayar di masa depan, baik melalui:

  • Pajak yang lebih tinggi, yang bisa membebani dunia usaha dan masyarakat.
  • Pemotongan subsidi, yang bisa menurunkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat.
  • Restrukturisasi utang, yang bisa merusak kepercayaan investor.

Jika utang terus bertambah tanpa peningkatan produktivitas ekonomi, generasi mendatang akan menanggung akibatnya.

❌ 3. Risiko Inflasi dan Depresiasi Mata Uang

Jika defisit terlalu tinggi dan dibiayai dengan mencetak uang baru atau pinjaman luar negeri dalam jumlah besar, maka dampaknya bisa berbahaya:

  • Inflasi melonjak, karena jumlah uang yang beredar lebih banyak dari jumlah barang dan jasa yang tersedia.
  • Mata uang melemah, karena kepercayaan pasar terhadap ekonomi nasional menurun.

Sebagai contoh, Venezuela mengalami hiperinflasi akibat defisit yang tidak terkendali dan kebijakan pencetakan uang yang berlebihan.

Bagaimana Mengelola Defisit APBN dengan Bijak?

Agar defisit APBN tetap sehat dan bermanfaat, pemerintah harus memiliki strategi pengelolaan yang baik, antara lain:

✅ 1. Memastikan Defisit Digunakan untuk Investasi Produktif

Jika defisit digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan inovasi teknologi, dampak jangka panjangnya bisa sangat positif.

✅ 2. Meningkatkan Penerimaan Negara

  • Reformasi perpajakan, agar lebih banyak wajib pajak yang membayar pajak secara adil.
  • Diversifikasi sumber pendapatan, seperti meningkatkan penerimaan dari sektor sumber daya alam dan BUMN.

✅ 3. Mengendalikan Pengeluaran yang Tidak Efisien

  • Mengurangi pengeluaran yang tidak produktif, seperti subsidi yang tidak tepat sasaran.
  • Meningkatkan efisiensi belanja pegawai dan operasional pemerintahan.

✅ 4. Menjaga Rasio Defisit dalam Batas Aman

Menurut UU Keuangan Negara, defisit APBN Indonesia dibatasi maksimal 3% dari PDB, kecuali dalam kondisi darurat seperti pandemi. Dengan demikian, defisit tetap bisa dikendalikan agar tidak terlalu membebani ekonomi.

Defisit APBN bisa menjadi alat yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan bijak. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, defisit bisa menjadi ancaman bagi stabilitas ekonomi di masa depan.

Kuncinya adalah keseimbangan:
✅ Gunakan defisit untuk investasi yang produktif
✅ Jaga agar rasio defisit tetap terkendali
✅ Hindari ketergantungan pada utang yang tidak produktif

Sebagai masyarakat, kita perlu memahami bagaimana defisit APBN dikelola agar bisa menilai kebijakan ekonomi pemerintah secara kritis, serta memastikan bahwa anggaran negara digunakan secara efektif untuk kepentingan rakyat.

Bagaimana dengan Indonesia?

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia selalu mengalami defisit APBN. Artinya, setiap tahun, pengeluaran negara lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh dari pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan sumber pendapatan lainnya. Namun, apakah defisit ini tergolong positif atau negatif? Untuk menjawabnya, kita harus melihat bagaimana defisit tersebut dikelola, serta apa dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan stabilitas keuangan negara di masa depan.

Secara umum, dampak defisit APBN Indonesia bisa dikategorikan menjadi tiga aspek utama: positif, netral, dan negatif.

1. Defisit yang Bersifat Positif

Tidak semua defisit berarti buruk. Dalam beberapa tahun terakhir, defisit APBN di Indonesia sebagian besar digunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, serta proyek strategis nasional lainnya. Hal ini memiliki dampak jangka panjang yang positif, karena infrastruktur yang memadai meningkatkan konektivitas, mempercepat distribusi barang dan jasa, serta mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Misalnya, pembangunan jalan tol Trans Jawa dan Trans Sumatera telah mengurangi biaya logistik secara signifikan, meningkatkan daya saing industri nasional, serta membuka peluang usaha baru di daerah yang sebelumnya kurang berkembang. Selain itu, proyek seperti kereta cepat Jakarta-Bandung dan pembangunan berbagai pelabuhan modern juga diharapkan mampu meningkatkan efisiensi transportasi dan perdagangan dalam negeri.

Dari sudut pandang ekonomi, penggunaan defisit untuk membangun aset produktif seperti infrastruktur merupakan kebijakan yang dapat memberikan imbal hasil jangka panjang. Investasi ini akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Selama pengelolaan utang dilakukan dengan bijak, defisit ini dapat dianggap sebagai strategi yang positif.

2. Defisit yang Bersifat Netral

Defisit juga bisa bersifat netral, terutama dalam situasi krisis ekonomi global atau pandemi. Saat pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020, Indonesia mencatatkan defisit APBN sebesar Rp 956,3 triliun, atau sekitar 6,09% dari PDB. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan batas defisit yang biasanya dijaga di bawah 3% dari PDB.

Namun, dalam situasi luar biasa seperti pandemi, defisit ini bukanlah sesuatu yang bisa dihindari. Pemerintah harus mengalokasikan anggaran yang besar untuk menanggulangi krisis kesehatan, memberikan bantuan sosial, serta menjaga stabilitas ekonomi agar daya beli masyarakat tidak anjlok.

Beberapa langkah yang diambil pemerintah selama pandemi antara lain:

  • Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk masyarakat miskin dan terdampak pandemi.
  • Insentif bagi UMKM dan dunia usaha agar tetap bisa beroperasi meskipun dalam kondisi sulit.
  • Anggaran kesehatan untuk pengadaan vaksin, alat kesehatan, serta tunjangan tenaga medis.
  • Stimulus ekonomi untuk mencegah resesi yang lebih dalam.

Dalam kondisi darurat seperti ini, defisit tidak bisa dihindari dan bukan merupakan kebijakan yang salah. Bahkan, tanpa adanya defisit yang lebih besar, dampak krisis bisa jauh lebih buruk, seperti peningkatan kemiskinan yang tajam, kebangkrutan massal di sektor usaha, serta lonjakan angka pengangguran.

Namun, setelah kondisi kembali normal, pemerintah harus memiliki strategi untuk menekan kembali defisit ke level yang lebih aman. Jika tidak, beban utang akan terus bertambah dan menjadi masalah di masa depan.

3. Defisit yang Bersifat Negatif

Defisit APBN bisa menjadi masalah serius jika utang terus bertambah tanpa adanya strategi jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan negara. Dalam beberapa tahun terakhir, rasio utang Indonesia terhadap PDB memang masih dalam batas aman, tetapi trennya terus meningkat.

Ada beberapa kondisi yang bisa membuat defisit menjadi negatif:

  • Jika terlalu bergantung pada utang luar negeri. Jika sebagian besar defisit ditutup dengan pinjaman dari luar negeri, Indonesia bisa rentan terhadap gejolak ekonomi global, seperti fluktuasi nilai tukar rupiah atau kenaikan suku bunga internasional.
  • Jika digunakan untuk pengeluaran yang tidak produktif. Jika defisit lebih banyak digunakan untuk belanja konsumtif seperti subsidi energi yang tidak tepat sasaran atau pengeluaran birokrasi yang berlebihan, maka dampaknya tidak akan dirasakan dalam jangka panjang.
  • Jika tidak ada upaya untuk meningkatkan pendapatan negara. Jika pemerintah terus berutang tanpa memperbaiki sistem perpajakan, meningkatkan penerimaan negara bukan pajak, atau mendorong investasi yang lebih besar, maka utang bisa menjadi beban yang sulit dilunasi.

Sebagai contoh, jika utang digunakan untuk membayar bunga utang sebelumnya, maka pemerintah akan terus masuk dalam siklus utang yang tidak produktif. Ini bisa membuat Indonesia rentan terhadap krisis keuangan di masa depan.

Bagaimana Mengelola Defisit Agar Tidak Menjadi Beban?

Untuk menghindari risiko berlebih, pemerintah harus memastikan bahwa defisit tetap dalam batas aman dan dikelola dengan strategi yang matang. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

✅ Menjaga Defisit dalam Batas yang Wajar
Meskipun dalam kondisi tertentu defisit diperlukan, pemerintah harus tetap berusaha menjaga agar defisit tidak terlalu tinggi. Batas yang umum digunakan adalah sekitar 3% dari PDB, meskipun bisa lebih tinggi dalam kondisi krisis.

✅ Menggunakan Defisit untuk Hal yang Produktif
Jika defisit digunakan untuk membangun infrastruktur, meningkatkan kualitas SDM, atau mendukung sektor produktif, maka dampak jangka panjangnya bisa positif. Sebaliknya, jika digunakan untuk pengeluaran yang tidak memberikan manfaat jangka panjang, maka defisit bisa menjadi masalah.

✅ Meningkatkan Pendapatan Negara
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi ketergantungan pada utang adalah dengan meningkatkan penerimaan negara. Pemerintah perlu memperbaiki sistem perpajakan agar lebih efisien dan adil, meningkatkan PNBP, serta mendorong investasi yang bisa menghasilkan pendapatan dalam jangka panjang.

✅ Mengelola Utang dengan Bijak
Jika utang memang diperlukan untuk menutup defisit, maka pemerintah harus memastikan bahwa utang tersebut memiliki bunga yang rendah, jangka waktu yang panjang, serta digunakan untuk proyek-proyek yang memiliki dampak ekonomi nyata.

Kesimpulan: Defisit APBN Indonesia, Positif atau Negatif?

Berdasarkan analisis di atas, defisit APBN Indonesia bisa dikategorikan sebagai positif, netral, atau negatif, tergantung pada bagaimana pemerintah mengelolanya:

  • Positif, jika digunakan untuk membangun infrastruktur dan sektor produktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
  • Netral, jika terjadi dalam situasi krisis seperti pandemi, di mana defisit diperlukan untuk menyelamatkan ekonomi.
  • Negatif, jika utang terus bertambah tanpa ada strategi jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan negara atau jika defisit digunakan untuk belanja yang tidak produktif.

Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami bahwa defisit APBN bukan sekadar angka, tetapi merupakan bagian dari strategi fiskal yang harus dikelola dengan bijaksana. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat dapat menilai kebijakan ekonomi pemerintah secara lebih kritis, serta ikut mengawasi agar defisit tidak menjadi beban bagi generasi mendatang.

Kesimpulan

Defisit APBN bukanlah hal yang selalu negatif, dan tidak berarti bahwa negara sedang berada dalam kesulitan keuangan yang besar. Justru, defisit bisa menjadi alat yang efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, mempercepat pembangunan infrastruktur, serta memberikan stimulus di saat-saat krisis. Penggunaan defisit yang bijaksana memungkinkan negara untuk mengatasi tantangan ekonomi jangka pendek dan mendanai proyek-proyek yang bermanfaat untuk masyarakat.

Namun, manajemen defisit yang buruk dapat berisiko memperburuk kondisi fiskal negara. Ketergantungan yang tinggi terhadap utang untuk menutupi defisit bisa mengancam kestabilan ekonomi di masa depan, mengurangi ruang fiskal untuk kebijakan lain, dan memperbesar beban utang yang harus dibayar oleh generasi mendatang. Inflasi tinggi dan depresiasi mata uang juga bisa menjadi konsekuensi jika defisit dibiayai dengan cara yang salah.

Solusi utama dalam mengelola defisit APBN adalah memastikan bahwa defisit digunakan untuk investasi produktif yang dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang, meningkatkan penerimaan negara melalui pajak yang adil dan sistem perpajakan yang lebih efisien, serta mengelola utang dengan bijak melalui strategi fiskal yang berkelanjutan. Dalam hal ini, diversifikasi sumber pendapatan dan pengendalian belanja yang lebih efisien menjadi hal yang sangat penting untuk memperkuat struktur anggaran negara.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep defisit dalam APBN, masyarakat dapat menilai kebijakan fiskal pemerintah secara lebih kritis dan memberikan dukungan kepada kebijakan yang produktif dan berkelanjutan, serta mendesak pemerintah untuk lebih transparan dalam pengelolaan keuangan negara. Ini tidak hanya soal menghindari defisit yang tidak terkendali, tetapi juga bagaimana menggunakan defisit dengan bijak untuk membangun ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Dengan demikian, defisit bukanlah masalah jika dikelola dengan hati-hati. Sebaliknya, defisit bisa menjadi peluang untuk melakukan transformasi ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun