Mohon tunggu...
Mamik Rosita
Mamik Rosita Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Supervisor, Praktisi Pendidikan

Blok ini berisi tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Guru Mengajar Pasca Pandemi Covid-19

21 Oktober 2021   19:32 Diperbarui: 21 Oktober 2021   20:48 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi covid-19 yang sempat mengganas  2 kali (pertengahan 2020 dan 2021) akhirnya mulai mereda. Dunia pendidikan yang sempat melumpuh sejak Maret 2020 akhirnya mulai bergeliat. Ruang kelas dan kampus yang sudah lama tanpa penghuni akhirnya sudah mulai menampakkan aktivitasnya lagi meskipun belum 100 persen.

Keceriaan pun dirasakan oleh siswa dan guru setelah diperkenankan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka. Mereka senang, tentu saja. 

Bayangkan, selama 1,5 tahun siswa belajar di rumah dengan sistem daring, tidak bertemu dengan teman- temannya di sekolah, tidak merasakan gembiranya berangkat dan pulang sekolah bersama temannya. Kini mereka sudah bisa merasakan lagi keceriaan kembali ke sekolah. 

Tidak hanya itu, selama pembelajaran daring, siswa harus mengerjakan tugas- tugas yang banyak yang terkadang tidak mengerti materi pelajaran tersebut. Mereka harus membaca sendiri materi pelajaran, kemudian mengerjakan soal- soal latihan yang disediakan di berbagai palform PJJ.  Hal itu tentu menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.

Gurupun demikian, sangat menunggu- nunggu mengajar secara tatap muka. Guru juga merindukan bertemu dengan siswa, bercanda dengan teman sejawat dan bisa datang serta pulang dari sekolah tanpa takut ancaman virus covid-19. 

Yeaah, meskipun harus tetap hati- hati karena virus ini belum sepenuhnya enyah dari muka bumi, namun setidaknya meredanya penyebaran virus menyebabkan guru menjadi lebih leluasa dalam beraktivitas di sekolah bersama siswa. 

Namun keceriaan datangnya tatap muka ini, tidaklah sepenuhnya dirasakan oleh guru. Ada hal- hal yang cukup mengejutkan setelah sekian lama tidak bertemu dengan siswa di sekolah. 

Ada kondisi- kondisi kurang menyenangkan yang dirasakan oleh guru- guru kita, bahkan bisa dianggap sebagai kemunduran kondisi siswa yang disebabkan terlalu lama mereka berada di rumah dan terlalu lama belajar daring tanpa pembimbingan guru secara efektif. Kondisi ini merupakan sebuah tantangan bagi guru untuk mengatasinya. 

Mau tidak mau, guru harus bisa menghadapi tantangan tersebut dan mencegah agar kondisi tersebut tidak menjadi sebuah kendala dalam pembelajaran. Apa saja tantangan guru mengajar pasca pandemi covid-19 tersebut? 

1. Penurunan Karakter Positif Peserta Didik

Beberapa guru yang saya bina mengeluh, ada penurunan Karakter Positif siswa setelah mereka lama berada dirumah. Diantaranya adalah karakter kedisiplinan, tanggung jawab, santun, percaya diri dan religius. 

Dalam kedisiplinan, siswa yang sebelumnya disiplin datang dan masuk kelas, sekarang menjadi sering terlambat bahkan banyak siswa yang semestinya hadir ke sekolah namun tidak hadir. 

Bahkan ada sekolah yang siswanya hanya hadir 10 persen dari jumlah keseluruhan siswa yang mestinya hadir.  Sudah beragam cara diupayakan oleh sekolah agar siswa bisa hadir bahkan sampai home visit dan mendatangkan orangtua ke sekolah. Namun tetap saja hanya siswa tertentu yang hadir ke sekolah, yang lain tidur di rumah saat orangtuanya bekerja. 

Begitu pula dan beribadah, ibadah yang dilaksanakan di sekolah sebelumnya selalu diikuti oleh siswa dengan kesadaran, namun pasca pandemi, mereka harus dipaksa untuk mau melakukan pembiasaan ibadah di sekolah. 

Tanggung jawab siswa juga berkurang,, hal itu terlihat dari pengerjaan tugas yang diberikan oleh guru. Karena tatap muka masih terbatas, guru menerapkan sistem blended learning. 

Disamping sinkronous di sekolah, ada asinkronus yang diberikan oleh guru. Namun tanggung jawab siswa dalam mengerjakannya masih sangat rendah. Hal itu terlihat dari nilai tugas siswa yang ditunjukkan oleh guru, banyak sekali yang tidak mengerjakan.

Beberapa karakter positif yang mengalami penurunan saat kembali ke sekolah menyebabkan guru dan sekolah harus bekerja keras lagi, membangun karakter siswa yang dulu sudah terbentuk dan ada. Melalui berbagai pembiasaan- pembiasaan yang belum maksimal karena kegiatan tatap muka yang belum maksimal juga.

2. Banyaknya Konsep yang Tidak Dikuasai oleh Siswa 

Tidak bisa dipungkiri bahwa dampak dari pembelajaran jarak jauh yang 1 5 tahun dijalani oleh siswa diantaranya adalah banyak materi pembelajaran yang tidak dikuasai oleh siswa. Mengapa? Karena saat pembelajaran daring siswa diberikan bahan bacaan oleh guru lalu diberikan tugas. 

Bagi siswa yang punya semangat belajar tinggi akan berupaya memahami sendiri materi tersebut. Namun bagi siswa yang lemah daya juang dan semangat belajarnya, maka dia akan membiarkan materi tersebut tanpa berupaya memahaminya. 

Hal ini dirasakan juga oleh guru, banyak siswa yang tidak membaca materi yang diberikan oleh guru, bahkan tidak siswa seperti ini lebih mendominasi. Alhasil, saat tatap muka datang, guru pun kaget melihat kondisi pemahaman siswa. 

Akhirnya guru harus bekerja keras karena ternyata banyak sekali materi yang tidak dikuasai oleh siswa. 

Tak jarang guru harus mengulangi lagi materi- materi yang diberikan saat daring itu, karena itu merupakan materi pra syarat yang digunakan untuk memahami materi berikutnya. 

3. Siswa Malas dan semangat Belajar Siswa Menurun 

Semangat belajar siswa menurun? Mengapa? Bayangkan saja, selama 1.5 tahun siswa terbiasa menjalani aktivitasnya dengan santai di rumah. 

Tidur seenaknya dan bangunpun seenaknya. Meski orangtua sudah berupaya menertibkan pola tidur dan bangun anak, namun sebagian besar dari anak kita sudah merasa senang dengan zona aman dan nyaman selama belajar di rumah. 

Mereka tidak harus tidur sore- sore karena tidak perlu bangun pagi untuk bersiap ke sekolah. Tak jarang anak- anak kita bermain gadget sampai larut malam. 

Ada yang bermain game, melihat- lihat YouTube, melihat medsos, melihat drakor atau chating dengan teman sampai larut malam. Dengan tidur yang larut malam, paginya anak- anak terlambat bangun. 

Bahkan ketika harus PJJ pagipun, banyak siswa kita yang tidak mengikuti secara tertib dan disiplin. Mereka baru mengerjakan tugas siang, sore bahkan malam hari. Banyak juga yang tidak mengerjakan. 

Kondisi seperti ini berlangsung lama dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan siswa. Akhirnya, saat sudah pembelajaran tatap muka pun mereka masih terbawa dengan kebiasaan yang selama 1.5 tahun melekat pada dirinya. Guru dan sekolah harus bekerja keras membangun lagi komitmen dan serta semangat belajar siswa yang dulu sudah terbangun baik.

Beberapa hal inilah yang menjadi tantangan guru dalam melaksanakan pembelajaran pasca pandemi covid-19. Menyelelsaikan hal ini tentu merupakan sebuah keniscayaan. 

Apalagi siswa kita dihadapkan pada tantangan yang berat pasca mereka bangun dari tidur panjangnya. Yaitu adanya tuntutan AKM, serta pembelajaran literasi dan numerasi. Tantangan siswa ini tentu juga menjadi tantangan bagi guru. Karena siswa akan bisa menghadapi tantangan ini apabila guru bisa mendampinginya secara maksimal. 

AKM kemarin tentu berat dirasakan oleh siswa. Pertama, karena mereka masih mengalami learning loss setelah belajar di rumah selama 1.5 tahun. 

Kedua, selama ini mereka belum terbiasa dengan pembelajaran literasi dan numerasi, belum terbiasa juga dengan ketrampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah yang semua itu ada di dalam AKM. Ketiga, mereka belum terbiasa dengan soal AKM yang menuntut adanya literasi membaca dan literasi numerasi.  Hal ini tentu terasa berat bagi peserta didik kita. 

Sebagai guru, kita harus bisa membantu siswa mampu menghadapi kendala dan tantangan tersebut diatas. Apa yang harus dilakukan oleh guru dengan tantangan panca pandemi dan tantangan yang dihadapi oleh siswa tersebut? 

1. Guru harus berupaya menciptakan pembelajaran yang berkualitas. 

Bagaimana pembelajaran yang berkualitas itu? Yaitu pembelajaran yang bisa membantu siswa mencapai kompetensi yang diajarkan dengan cara dan metode yang tepat. 

Karena sekarang tatap muka masih terbatas, belum secara penuh dilaksanakan di sekolah, maka guru harus memaksimalkan pembelajaran tatap muka dan juga memberikan penugasan yang berkualitas juga di rumah. 

Terapkan metode blended learning secara maksimal. Q saat sinkronous gunakan secara maksimal untuk menyelesaikan problem- problem pembelajaran siswa dan berinteraksi secara efektif. Kemudian asinkronusnya berikan tugas yang berbasis aktivitas untuk melanjutkan dari sekolah. Ingat bahwa pembelajaran harus menyentuh ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan. 

Dengan pembelajaran yang berkualitas, maka kaan membantu siswa meminimali air sampai learning loss yang dihadapinya. Disamping itu akan menbangun kembali produktifitas siswa.

2. Gunakan media dan sumber pembelajaran yang tepat 

Saat sinkronous di sekolah, gunakan media pembelajaran dan sumber yang tepat sehingga akan memudahkan siswa untuk menguasai kompetensi yang kita targetkan. Jangan hanya menggunakan metode ceramah. Kolaborasi kan siswa dengan siswa lain untuk menggunakan media serta sumber belajar agar terjadi juga pembentukan karakter profil pelajar Pancasila. 

Dengan penggunaan media dan sumber belajar yang relevan akan membuat siswa semangat kembali dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Gunakan platform untuk Penugasan.

Karena minimnya waktu tatap muka di sekolah, maka guru harus memanfaatkan waktu siswa di rumah untuk melanjutkan pembelajaran di sekolah. Sebagai sarana asinkronusnya, gunakan platform PJJ yang membuat siswa kreatif. Misalkan saat di sekolah guru hanya bisa mengajarkan KD pengetahuan karena waktu tatap muka hanya 40 menit. 

Maka untuk KD ketrampilannya bisa diajarkan secara asinkronus yang pendalaman materi dan pengumpulannya memanfaatkan platform PJJ yang bisa diakses oleh siswa. Dengan demikian kompetensi akan bisa dikuasai oleh siswa secara utuh.

4. Pahami pembelajaran Literasi dan Numerasi Lalu Terapkan di Kelas.

Adanya AKM literasi dan numerasi menuntut guru untuk mampu melaksanakan pembelajaran literasi dan numerasi di kelas. Pembelajaran literasi dan numerasi akan mengajarkan pada siswa berpikir kritis, bernalar dan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan. Pembelajaran literasi numerasi juga akan membentuk karakter siswa yang kritis, kreatif, cinta ilmu serta berwawasan kebangsaaan. 

AKM literasi dan numerasi akan sukses apabila guru sudah melaksanakan pembelajaran literasi dan numerasi. Karena itu, pemahaman guru terhadap pembelajaran literasi dan numerasi serta menerapkannya merupakan sebuah keniscayaan. 

Mari bersama- sama bangkitkan siswa dari tidur panjangnya. Ingat bahwa merekalah calon pemimpin di masa depan, dan guru lah yang menuntun

 siswa mengukir masa depan mereka. Kutitipkan seikat rindu ini pada pembaca semua. Selamat Hari santri dan Salam perjuangan untuk pendidikan..!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun