"Man, lu denger gue kan. Man, ada hubungan apa Lo, sama kematian Felix?"
"tutt...." Kaget, sumpah!. Nafasnya yang tadi biasa saja tiba-tiba sesak hingga reflek aku memencet tombol emergency. Beberapa perawat dan satu dokter datang. Kini aku yakin, Aiman bisa mendengar suaraku. Setelah semuanya tenang, perlahan, Aiman membuka matanya. Merah. Mata tajam itu berubah menjadi merah kekuningan. Dan kelopaknya bengkak.
"Gu-Gue, benci dia Rin." Suaranya sangat pelan. Benar benar pelan dan lirih. Mungkin hanya aku dan pendengaran kelelawar yang bisa mendengarnya."
"Kok bisa? Alasannya?"
"Dia yang ngelakuin pelecehan ke mahasiswi yang bunuh diri di loteng."
"HAH?"
"Gue udah tau semua perbuatan dia Rin, gue marah dan mau gue laporin ke pihak kampus. Tapi dia tiba-tiba bunuh diri" Jawab Aiman dramatis.
      Diseberang dipan rumah sakit itu, tampak Felix dengan tubuh transparannya mematung menghadapku, entah bagaimana caranya ia mengeluarkan suara yang bisa kudengar tanpa ia membuka mulut .
"Bukan aku Rin, Aiman pelakunya. Aku tau semuanya Rin, dia njebak aku di jemuran." Seketika semua bayangan Felix hilang, suara itu melemah dan seperti ada desahan kecewa yang sangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H