Mohon tunggu...
Rosyida Putri Amila
Rosyida Putri Amila Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang Lethologica

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hantu Felix

15 Juli 2022   11:52 Diperbarui: 15 Juli 2022   11:59 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lah, masa? Kemarin Senin masih nggak apa-apa. Kenapa dia? Flu Burung?"

"Husss, ngomong dipikir dulu keles, nggak tau gue Rin, kemarin gue sama anak-anak yang masukin di ke ruangan rawat, tapi yang nangani dokter lain. Bukan kita." Dia pucet, kek nggak makan berbulan-bulan. Lemes. Kalo kita lihat sih, keknya dia ada depresinya, Rin. Soalnya dia ada perbuahan tingkah laku gitu sebelumnya. Nglamun juga."

Tulisan panjang itu langsung ku sampaikan ke budhe, khawatirnya beliau belum tahu. Belum sempat pesan itu terkirim, ibu buru-buru meneleponku dan mengabari jika Aiman dibawa ke rumah sakit yang lebih besar di kota lain. Ibuku menangis melihat tubuh Aiman yang mendadak pucat. Kabar terbarunya, Aiman overdosis mengonsumsi obat penenang. Lah, Aiman emangnya ada panik kenapa, sampek minum obat penenang.

Semakin hari, aku semakin kehilangan kabar Aiman, ibuku tidak bisa dihubungi, begitupun budhe dan grub keluarga besar yang biasanya rame membangga-banggakan Aiman dan cucu laki-laki mereka tiba-tiba sepi bak kuburan.

Koasku kembali berjalan sebagaimana biasanya, rencananya sore ini aku ingin menemui hantu Felix. Aku akan menunggunya di parkiran. Tidak peduli seberapa malam ia akan muncul ke permukaan.

Belum juga maghrib usai berganti isyak, aku kembali melihat penampakan itu di lorong rumah sakit. Perlahan aku mengucap, dan bersungguh-sungguh sambil membatin.

"Lix, plis. Kalo itu Lo, kesini sekarang dan bilang apa yang pengin Lo sampein"

Aku menutup rapat mataku hingga rasanya beku. Eh, Astaghfirullah,. Mataku nggak bisa dibuka. Frezz, bener-bener saat berdiri itu, aku serasa dingin yang sangat sampai mati rasa. Perlahan aku mendengar bisikan lirih di telinga kiriku.

"Rin, aku nggak bunuh diri. Tolong Rin, aku nggak bunuh diri. Aiman.. Aiman Rin.." Setelah suara itu terdengar lemah dan hilang, tubuhku lemes se lemas-lemasnya. Hampir aku pingsan, tapi entah kenapa nggak pingsan juga. Beda dengan yang pernah kulihat di sinetron, disini tidak ada sama sekali orang yang menolongku. Ah dasar sinetron penipu.

Buru-buru aku di akhir pekan, izin untuk pulang menjenguk Aiman. Ia masih di infus dan slang oksigen tertancap di lubang hidungnya. Aku berpikir, mungkinkah Aiman yang membunuh Felix? Tapi kondisinya Felix kenapa tergantung di jemuran besi? Kenapa hasil autopsi tidak ada yang menunjukkan adanya kekerasan, dan tidak adanya racun atau apapun yang menunjukkan ia dilukai orang. Aku masih tidak percaya dengan pendengaran ini. Aku pelupa, dan sering salah. Tapi sepertinya kali ini aku cukup yakin.

"Man, Aiman.." Aku berbisik di samping kuping kanan Aiman. Ia tidak bergeming sedikitpun. Cowok cakep, putih, cosplay-nya Sasuke yang jadi idaman para emak-emak sekompleks ternyata bisa jadi jelek dan pucat seperti sekarang. Sungguh beda dengan Aiman yang biasa kulihat pake kemeja putih ala dokter. Budhe yang disampingku, ku beri kode untuk keluar kamar sebentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun