"Ya, tapi kalo lu nggak mau tau juga nggak papa. Ntar nggak bisa tidur lagi, kan repot yak." Suara Aiman bukanlah suara empati. Dia tercipta untuk menjadi tukang ledek abadi.
"Cerita aja! Gw nggak takut samsek* (sama sekali). Emang bikin ulah apa tuh bocah?" Sahutku sambil terus makan es krim. Aku memang bukan penakut. Bahkan, sejak kecil banyak sekali hal-hal mistis yang sering kulihat. Tapi untuk kasus Felix, masalahnya aku benar-benar takut.
"Oke, jadi gini. Dia tuh kan gantung diri kaga di kamar kostnya kan, tepatnya tuh di lantai tiga, tempat jemuran gitu. Sekarang nih, rame banget di grub kost yang ngomongin Felix. Katanya sering muncul di depan kamar dan di jemuran. Mereka tuh takut, Rin. Asli. Gue tau! Tapi mereka tuh, terus aja ngobrolin perkara kaga penting itu kalo lagi ngumpul. Ngegame jadi kaga seru kan, topik soal otomotif, kerjaan, kuliah dll tuh udah ganti ke topik Felix jadi hantu. Dan sekarang, Lu tau nggak, anak-anak kost udah pada jarang pulang. Mereka kek lebih milih nginep di kost temen, pindah kost atau ya entah berantah. Nginep di pos ronda kali."
"Lah, emang kenapa sih si Felix gantung diri di situ? Aneh banget. Dia kek orang nggak ada masalah, padahal ya. Bikin orang kaget aja." Sejak percakapanku dengan Aiman sore itu, topik hantu Felix terus beredar dikalangan anak-anak FK kelas ku yang rata-rata ngekost di tempatnya Aiman dan tempatku. Mereka semua bercerita pernah di temui Felix dalam keadaan buruknya, kecuali aku.
"Serius, Lo nggak pernah di datengin Felix, Rin?" Sergah salah seorang teman. Buru-buru aku menggelengkan kepala. Semua mata tertuju kearahku. Mereka seketika diam dan kembali meneruskn pelajaran.
      Hantu Felix telah menjadi pemersatu kelas kami. Anak kelasku yang terkenal individualis dan serius meraih cita-cita menjadi dokter, kini menjelma jadi kelas paranormal experience with Felix's ghost. Namun seiring berjalannya hari mendekati koas, semua kembali normal dan kisah itu perlahan hilang.
#
      Koas-pun dimulai.
Pagi sekitar jam setengah lima aku mengunjungi RS, untuk memastikan lokasi dan sekedar menghafal jalan. Sendirian, di tempat yang agak sepi. Terlihat hanya ada petugas kebersihan dan tukang kebun rumah sakit. Sekedar berbasa-basi aku menanyakan ini itu pada mereka. Namun, dari halaman tempatku berdiri bersama bapak-bapak itu tampak dari kejauhan tepatnya di bagian lorong seorang laki-laki berjas putih berjalan. Wajahnya tidak jelas karena saking jauhnya. Tapi aku melihat ia berjalan sambil menoleh ke arahku.
"Pak, sudah ada mahasiswa koas yang datang sebelum saya?" tanyaku pada mereka.
"Belum mbak, pagi ini belum ada yang datang. Padahal biasanya dr.Tio yang jadwalnya pagi jam segini sudah menyapa, hari ini belum datang juga." Jelas pak kebun.