Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasca Sarjana

Cerpen pertamanya "Bentuk Sebuah Barokah" memenangkan lomba cerpen se-kabupaten tingkat santri. Cerpennya "Putri Kuning" memenangkan lomba cerpen nasional tingkat mahasiswa. Cerpennya "Mengapa Perempuan Itu Melajang" terbit di media nasional Kompas.id (Rabu, 16 Oktober 2024). Cerpennya "Hutan Larangan Cak Badrun" terbit di Instagram Cerpen Sastra. Tiga kali juara sayembara cerpen di Kompasiana yang diadakan Pulpen. Penikmat sastra (novel; cerpen; esai). Instagram: @rosuljayaraya24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Paskibra

30 Agustus 2024   18:09 Diperbarui: 31 Agustus 2024   23:06 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada riwayat Nusman menjadi paskibra semasa sekolah dulu. Badannya kecil hingga tongkat stand microphone mesti dipendekkan. Beberapa hari yang lalu dia dan istrinya berlibur ke Korea Selatan. Mulus sekali jalan hidupnya. Meski tak punya bakat mengelola yayasan, sekonyong-konyong dia menjadi pewaris pemilik yayasan. Dia anak cowok sendiri di keluarganya, dan paling tertua.

Nusman melangkah. Tubuhnya digagah-gagahkan menantang matahari, padahal tubuhnya tak pantas berjalan begitu. Langkah kakinya diderap-derapkan, dan tampak kaku gerakannya. Menaiki tangga gelanggang. 

Sebelumnya, dia telah menghafal kertas pidato yang dikarang oleh kawannya seorang penulis. Akan membacakannya saat ini. Dia juga sudah tahu apa-apa yang mesti dilakukan pembina upaca, lewat menontonnya di Youtube. Karena kalau bertanya ke guru-guru---bawahannya---akan sangat malu. 

Dia mengecek microphone, "cek cek cek," lalu menyampaikan salam dan penghormatan. Di tengah-tengah pidatonya, sekonyong-konyong dia menatap suatu yang ganjil. Serangga-serangga seolah mengerubungi kepalanya. Dia menatap kepala guru-guru honorer itu meleleh, serupa es batu mencair di bawah matahari. Murid-murid di seberang sana, terperangah. Baik yang menjadi paskibra atau anggota upacara. Ingatannya mengembara pada uang sekolah yang dia korupsi untuk keperluan hasratnya. Dan, jiwanya terganggu. Dia selalu diliputi rasa bersalah hingga sering berhalusinasi. Apakah demikian suatu kemerdekaan?         

Surabaya, 30 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun