Mohon tunggu...
Rosni Lim
Rosni Lim Mohon Tunggu... -

Seorang cerpenis kota Medan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pisau Hati (25)-Tamat

26 April 2012   22:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:04 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Claire bangkit dari duduknya di lantai yang ada di balik jeruji besi itu. Sipir penjara itu membuka jeruji besi itu, dan Claire pun berjalan keluar dari sana. Ia berjalan terus sampai langkahnya tiba di depan, di tempat para tahanan biasanya bicara dengan para penjenguk.

Claire melihat Raven dan Caroline datang menjenguknya. Mereka sedang menunggu kedatangannya. Claire duduk di salah satu kursi yang berjejer dan mengambil telepon untuk bicara dengan Raven. Ia tidak bisa bersentuhan dengan Raven maupun Caroline, karena posisi berhadapan mereka dipisahkan oleh kaca pembatas yang tinggi. Dan telepon itu adalah alat untuk menghubungkan mereka.

"Kau baik-baik saja?" tanya Raven melalui alat itu.

"Iya," jawab Claire balik.

Aku sudah ceritakan semuanya kepada Caroline," Raven bicara lagi.

Claire melirik sejenak kepada Caroline yang duduk di sebelah Raven.

Raven melanjutkan. "Dengan berlapang hati, Caroline menyuruhku untuk menjengukmu. Dia tidak menaruh dendam kepadamu, walaupun karena rencanamu, hampir saja nyawanya melayang. Bukan itu saja, Claire. Asal kau tahu,  atas usul Caroline pulalah, aku akan mencarikan seorang pengacara yang paling handal supaya bisa membelamu nanti di pengadilan."

"Tidak usah, Raven," Claire menggeleng. "Aku tidak mau dibela. biarkan saja jaksa menuntutku dan aku siap menerima hukuman yang dijatuhkan, berapa pun lamanya. Bahkan bila itu adalah hukuman mati, aku juga sudah siap. Karena aku pantas menerimanya."

"Claire...," Raven menyebut nama gadis itu. Sesaat, perasaan iba muncul di hatinya, menggantikan kebencian yang timbul sejak ia tahu Claire berbuat keji, demikian juga kekejian yang dilakukan oleh papanya Claire, yang menyebabkan kedua orang tua Raven meninggal.

"Aku tidak apa-apa, Raven," kata Claire. "Sekarang, semua urusan perusahaan kuserahkan kepadamu. Di tanganmulah, perusahaan akan berjalan dengan baik dan lancar. Ohya, boleh aku bicara dengan Caroline sebentar?" tanya Claire sambil melihat Caroline yang sedari tadi hanya diam memerhatikan mereka.

Raven menyerahkan alat itu kepada Caroline.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun