Mohon tunggu...
Rosni Lim
Rosni Lim Mohon Tunggu... -

Seorang cerpenis kota Medan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pisau Hati (25)-Tamat

26 April 2012   22:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:04 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raven menggeleng-geleng tak percaya. "Aku tidak pernah tahu hal ini sebelumnya. Tak kusangka, Tuan Harrington yang telah membesarkanku dan sudah kuanggap sebagai orangtuaku selama ini, berbuat hal sekeji itu kepada keluargaku. Aku sungguh tidak dapat menerimanya," Raven berucap sedih.

"Aku juga tidak," Claire menimpali. "Karena itulah aku marah kepada papaku dan berteriak-teriak di depannya, sampai dia terkena serangan jantung. Sebenarnya, aku masih dapat menyelamatkan papaku saat itu, dengan cara mengambilkan obatnya yang ada di lemari makan. Tetapi aku tidak lakukan hal itu, karena aku merasa marah sekali. Ia berpesan kepadaku, tidak boleh menikah denganmu, walaupun kau boleh mendampingiku seumur hidup ini. Tidak mungkin kita menikah, Raven. Karena kematian kedua orangtuamu disebabkan oleh perbuatan papaku. Maafkan aku, Raven...," Claire menunduk dan menangis terisak. Dadanya terasa sesak oleh berbagai macam masalah yang menimpanya akhir-akhir ini.

Biasanya, bila Claire sedang menangis, maka Raven akan datang menghiburnya, memeluknya, dan membenamkan kepalanya ke dadanya yang bidang. Lalu mengelus kepalanya dengan lembut dan penuh kasih sayang, sambil membisikkan kata-kata yang menyenangkan di telinganya.

Tetapi kali ini Raven tidak berbuat demikian. Raven tiba-tiba merasa gadis itu asing baginya. Gadis itu seolah menyimpan sebilah pisau di dalam hatinya, dan pisau itu amatlah tajam! Pisau itu telah melukai hati Raven,  melukai hati Kyle, dan bahkkan pisau itu telah membunuh tiga wanita sekaligus. Pisau itu adalah pisau hati! Bila tidak disentuh, pisau itu tidak akan menyebabkan petaka. Tetapi bila sudah disentuh dan tidak hati-hati mempergunakannya, pisau itu bisa melukai siapa saja! Bukan saja melukai hati orang lain, tetapi juga bisa membunuh mereka! Itulah yang terjadi pada Claire. Pisau di hatinya telah melukai banyak orang, bahkan membunuh mereka!"

"Raven, maafkan aku..., juga maafkanlah perbuatan papaku...," sekali lagi Claire memohon. Nada suaranya terdengar amat memprihatinkan. Tampaknya, ia benar-benar menyesal, juga menyesali perbuatan papanya. Karena perubatan papanya itu pulalah, Claire selalu tidak berani untuk mengutarakan cinta di hadapan Raven. Ia tidak pernah berani meminta Raven untuk menjadi kekasihnya, atau bahkan  menikahinya. Ia berada di dalam posisi yang serba sulit, karena di sisi lain ia tidak ingin melihat Raven bersama dengan wanita lain selain dirinya. Kalau bukan karena Raven yang duluan mengutarakan niatnya untuk menikah dengan Claire, pastilah seumur hidup ini Claire tidak akan berani mengungkapkannya. Dan untuk selamanya mereka tidak akan pernah bersatu!

Raven tidak menjawab. hatinya serasa dingin dan membeku. Demikian juga aliran darah di tubuhnya. Ia tidak mampu berpikir lagi, kepalanya terasa mau pecah memikirkan kejadian demi kejadian belakangan ini yang tidak disangkanya sama sekali. Bahkan cerita Claire tentang perbuatan papanya terhadap kedua orangtua Raven, membuatnya makin tidak bisa  berpikir lagi. Biarlah semuanya berjalan apa adanya.

Sirene mobil polisi terdengar meraung-raung di bawah sana. Tapak-tapak kaki yang masuk ke dalam rumah itu, berjalan menaiki tangga, menyusuri koridor, dan berhenti di ruang kerja Kyle. Polisi-polisi itu menemukan ada orang yang tewas di ruangan itu dan dua pucuk senjata pistol berlaras pendek tergeletak di lantai. Dua orang yang ada di sana, yaitu Raven dan Claire, diamankan oleh mereka. Claire dan Raven sama-sama dibawa ke kantor polisi, menunggu interogasi.

Sebelumnya, para tetangga mendengar suara ribut-ribut dan suara tembakan di rumah bercat kuning itu. Mereka yakin telah terjadi sesuatu di dalam rumah itu, karena itulah mereka menghubungi polisi. Dan dalam waktu singkat, polisi telah datang mengamankan semuanya. Korban, barang-barang bukti, dan juga para tersangka.

* * *

Bab 20

"Ada tamu untuk Anda, Nona Claire," seruan dari sipir penjara itu menyadarkan Claire dari lamunan panjangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun