"Apa itu berfirman?," anak laki-laki yang berdiri dibelakang putra Menik bertanya sambil maju mendekati kedua anak Menik. Ia mengenakan celana panjang jeans dan kaos putih dengan motif pelangi menggaris kedua lengan. Pada bagian dadanya terdapat sablon angka 33 berwarna emas.Â
Putra sulung Menik tersenyum dan menjawab. "Berfirman sama artinya dengan bersabda. Berkata."
"Tuhan tidak berkata-kata. Tuhan membuat hewan dengan tangannya."Anak perempuan dengan seragam sama menyanggah sambil bergerak maju mendekati tempat duduk putri Menik.
"Oh....mungkin kamu keliru." Putra sulung Menik membalas.
Anak perempuan itu mendorong punggung Putra Sulung Menik dengan boneka unicorn berponi pelangi yang ada di tangannya. "Kamu yang salah."
Kedua kakak beradik anak Menik menghentikan permainan mereka. Mereka berdiri. Memandang kedua anak berkaos putih. Hanya berdiri diam. Tanpa perlawanan. Tetapi bahasa tubuh anak-anak Menik mengirimkan pesan naluriah : jangan mendekat!
"Kalian bukan siapa-siapa. Kamilah yang terpilih." Anak laki-laki itu mengarahkan tulunjuknya ke kepala anak Sulung Menik.
"Untuk menjadi seperti kami, kalian harus menerima pesan dalam darah kalian." Sang anak perempuan menatap putri Menik.
Untuk sesaat keempat anak itu berdiri diam. Masing-masing saling bertatapan. Sampai suara Menik terdengar dari belakang kedua anaknya.
"Hallo, apa kabar? Namanya siapa sayang?"Menik menyapa kedua anak di depannya.
Kedua anak itu mundur dua langkah ke belakang. Menik melihat jelas penampilan mereka. Penampilan yang mengingatkannya pada sesuatu. Sesuatu yang pernah diketahuinya beberapa bulan lalu.