Mohon tunggu...
Ronaldo Tengker
Ronaldo Tengker Mohon Tunggu... Penulis - Writer

The Author of: The Unconditional Love (2012), Beautiful Exchange (2013), Everlasting Love (2015), FriendShape (2015), The One I Love (2016), Romeo and Julio (2017), The Unconditional Love 2 (2021), You Only Love Once (soon)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Let Me Be Your Miracle (Cerpen Natal)

24 Desember 2019   07:53 Diperbarui: 24 Desember 2019   07:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seluruh penduduk desa memilih untuk memasuki rumahnya daripada harus berada di luar ataupun di teras. Rain melihat beberapa rumah lagi dia bisa mencapai panti asuhan itu, sungai-sungai meluap, dan sepertinya hujan ini akan lama.

Hanya beberapa kayuh saja Rain sudah sampai di panti asuhan, tempat Snow berada.

"Permisi..." teriaknya di tengah hujan deras, namun suaranya ditelan dengan hujan yang turun lebih lebat lagi, pandangan Rain terlihat kabur, hujan menghalangi pandangannya. "Snow!" Teriakan Rain hanya terdengar seperti bisikan di tengah hujan.

Tak ada yang menjawabnya. Teriakannya hanya dijawab oleh suara kentongan bambu yang cukup keras dari kejauhan. Rain semakin bingung, apa yang sedang terjadi, pilihannya hanya satu, melompati pagar dan segera menaruh botol susu itu dan segera pergi dari tempat itu, karena sepertinya hujan tak akan berhenti dalam beberapa menit mendatang.

"Rain?" Snow membuka pintu depan dan melihat Rain basah kuyup sedang menunggu seseorang untuk membukakan pagar dan menyerahkan dua botol susu darinya.

Suara kentongan bambu itu terdengar sangat kencang, tidak sekencang teriakan Rain tadi. Snow membawa payung dan segera membukakan pagar untuk Rain. Tak ada lima detik payung Snow sudah menaungi Rain yang sudah terlanjur basah kuyup.

"Maaf, Rain aku tak mendengar teriakanmu tadi, lebih baik kamu masuk dan menunggu hujan reda." Snow terlihat cemas dengan keberadaan Rain yang sudah bercampur dengan lumpur.

"Snow, sepertinya ada sesuatu yang terjadi di desa ini, kentongan bambu itu terus berbunyi, tak biasa..." Rain menggigil kedinginan sambil melemparkan pandangannya keluar, melihati sekeliling desa itu. 

Snow segera berlari menuju arah jalan tanpa payung, melihat apa yang sedang terjadi. "RAIN!!!" Snow segera kembali lagi kepada Rain. "Bendungan jebol... apa yang harus kita lakukan?" Para pria penduduk desa sedang berlarian memanggil orang-orang yang masih tertidur.

Rain tak percaya, dia melihat Pak Kusnandar berlari menghampirinya.

"BENDUNGAN JEBOL!!!" Teriaknya seperti kehabisan nafas, hujan seakan-akan memberinya kesempatan untuk berteriak. Beberapa orang sudah tergelagap bangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun