"Tolong!!" teriak Rain, sambil mendekap Snow yang semakin menggigil kedinginan."Tolong!" dia melihat ada regu tim penyelamat mengarahkan senter ke arah mereka, dengan sigap, regu tim menolong mereka, membelah rawa-rawa itu dan membawa mereka ke tempat penampungan. "Kita selamat, Snow, kita selamat!" Rain mengguncang-guncang tubuh Snow, regu penyelamat kini menarik mereka dari atas untuk dibawanya ke daratan dan diberinya obat-obatan, makanan dan pakaian hangat.
"Halo, kita dari regu penyelamat. Desa kalian terkena longsor dan jebolnya bendungan, hanya beberapa orang yang selamat. Nama saya, Regina." wanita yang datang memeluk Rain dan Snow dan memberinya selimut tebal, agar mereka merasa hangat. "Sebutkan nama dan identitas kalian."
Rain dan Snow mengucapkan nama mereka secara bergantian.Â
"Kita adalah adik kakak, Bu." ucap Rain sambil melihat Snow.
"Wah, kalian luar biasa, bisa saling melindungi dan bisa selamat dari banjir besar itu." Regina kemudian membawa mereka di tenda pengungsian, hanya terlihat segelintir orang, hanya 14 orang saja termasuk Snow dan Rain.
Snow tak bisa melihat adanya anak-anak panti asuhan. Tak ada yang selamat dari bencana itu.
Snow menunduk dan menitikkan air mata. Rain mengusap pundaknya.
"Setidaknya kamu memiliki aku sekarang, dan kita selamat. Itu adalah keajaiban yang luar biasa, Snow. Biarkan aku yang menjadi keajaibanmu." Rain hanya bisa menghibur Snow dengan kata-katanya.
"Nanti kita rayakan Natal bersama-sama ya, Kak?" Snow mulai membiasakan diri untuk memanggil Rain dengan sebutan kak.
"Tentu saja." Rain menyodorkan pakaian hangat yang diberikan oleh regu penyelamat. "Kita akan merayakan Natal bersama-sama." Rain memandang ke arah luar, dia tak bisa lagi melihat kasur yang membawa mereka, dia hanya bisa melihat bahwa masih ada harapan ketika kita mau berharap dan percaya kepada Tuhan.
Apakah kamu akan tetap merasa bersyukur jika hidupmu terasa berat dan tak ada jalan keluar?