Mohon tunggu...
Ronaldo Tengker
Ronaldo Tengker Mohon Tunggu... Penulis - Writer

The Author of: The Unconditional Love (2012), Beautiful Exchange (2013), Everlasting Love (2015), FriendShape (2015), The One I Love (2016), Romeo and Julio (2017), The Unconditional Love 2 (2021), You Only Love Once (soon)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Let Me Be Your Miracle (Cerpen Natal)

24 Desember 2019   07:53 Diperbarui: 24 Desember 2019   07:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Snow menghembuskan nafasnya, ketika mengingat setrikaan baju anak-anak panti yang sudah menggunung itu, dia segera mengayuh sepedanya dengan cepat kembali ke panti.

***

Pagi yang dingin segera menyergap masuk ke dalam sela-sela jaket milik seorang laki-laki yang sedang memasukkan beberapa botol susu ke dalam keranjang, yang kemudian mengikatnya di atas sepedanya. Rain bersiap mengantarkannya ke panti asuhan sesuai pesan Snow kemarin.

"Nanti, sesampainya di sana kamu ambil botol-botol yang kosong, ya Nak." ujar Pak Sendy. 

"Iya, Yah." Rain tertawa kecil, seakan-akan dia adalah anak yang baru melakukan hal ini.

Rain dan ayahnya memilik peternakan sapi terbesar di desanya, sehingga orang-orang desa yang memerlukan susu ataupun daging sapi, selalu mencari mereka. Hanya Rain dan ayahnya yang mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari memberi makan sapi, memeras susu, membersihkan kandang. Rain kehilangan ibunya bertahun-tahun yang lalu, karena sakit keras. Maka dari itu Rain berusaha menyibukkan diri agar kesedihan tidak memeluk tubuhnya dan membuatnya merasa orang paling bersalah.

"Ayah, nanti sepulang dari mengantar susu ke panti, aku mau mampir ke bendungan, ya?" Rain membicarakan bendungan, dan ayahnya yang sedang meneguk kopi itu mengangguk perlahan.

"Tapi, kamu segera pulang ya, kandang sapi ada yang belum dibersihkan, pagar kandang juga sedikit jebol, kamu harus perbaiki, karena sebentar lagi masuk musim hujan." Pak Sendy, meletakkan segelas kopi yang tinggal seperempat gelas, atau lebih tepatnya hanya tinggal ampas kopinya saja.

Rain memakan tempe yang dia goreng kering untuk mengganjal perutnya yang kosong, minta diisi. "Baik, Yah." Rain selalu menuruti kata-kata ayahnya, karena hanya ayahnya yang tersisa di keluarganya. Dia tak ingin ayahnya merasa kelelahan mengurus kandang sapi sendirian.

"Ya sudah, kamu segera kirim botol susu itu, nanti jadi dingin, tidak enak untuk dikonsumsi." Pak Sendy selalu mengatakan kata-kata itu berulang, ketika Rain hendak mengantarkan botol-botol susu kepada pelanggan

"Mereka kan punya kompor, Yah." Rain segera mencuci tangannya yang kotor terkena remahan dan minyak dari tempe. "Aku berangkat dulu ya, Yah." Rain pamit kepada ayahnya yang kini hendak mencuci gelas kopinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun