Metode kampanye
Jika kita menilai seseorang dalam kompetisi, kita juga harus berjiwa besar untuk mengakui kelebihan dan prestasi orang itu.
Lain halnya dengan Prabowo, apapun yang dilakukan Jokowi, semuanya salah. Sering juga jika terjadi sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan Jokowi, itu pasti salah Jokowi. Paling-paling Prabowo mengatakan "Itu bukan salahnya pak Jokowi, tapi salah si anu.", tapi apapun yang dilakukan Jokowi, Â mesti salah.
Gaya Prabowo ini menular ke pendukungnya. Sampai ada yang mengkritisi pembangunan jalan tol Jokowi dengan kalimat "Kita tidak makan jalan tol.!". Bah! Siapa yang suruh Anda makan jalan tol? Jalan tol itu dibangun untuk memudahkan Anda bekerja mencari makan.
Tidak baik berkompetisi dengan hanya mengkritisi. Berjiwa besarlah mengakui prestasi lawan, karena itu kekuatan Anda untuk menjadi lebih baik daripada yang lawan Anda lakukan.
Saya tidak dapat menyebutkan prestasi Prabowo karena memang belum pernah menjabat apa-apa dalam pemerintahan.
Prabowo juga menggunakan politik identitas (agama) yang seringkali memicu ketegangan antar umat beragama.
Banyak juga muncul propaganda-propaganda 'atas nama' Prabowo yang bersifat hoaks, ujaran kebencian dan fitnah. Walaupun tidak diakui sebagai bagian dari grup Prabowo, tapi sebagian besar masalah itu datang dari nama Prabowo untuk menyerang nama Jokowi.
Daftarnya agak banyak: Hoaks Jokowi PKI, Jokowi bukan/anti Islam, Jokowi antek asing, Jokowi akan melarang Adzan, hoaks wajah lebam Ratna Sarumpaet, hoaks surat suara 7 kontainer, hoaks surat suara di Malaysia, emak-emak Prabowo di Karawang, tuduhan kriminalisasi a la Jokowi, Jokowi mengintervensi hukum, dan lain-lain. Semuanya tidak terbukti benar.
Debat Pilpres
Dalam setiap debat Pilpres, yang menjadi gaya berargumen Prabowo adalah menyampaikan hal-hal normatif dengan program yang tidak jelas, cenderung khayal. Contohnya seperti yang disampaikan di atas tadi: tidak mau berhutang dan sebagainya..