Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Referensi Lengkap Memilih Jokowi-Amin

14 April 2019   12:11 Diperbarui: 14 April 2019   13:47 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koalisi partai-partai untuk Jokowi-Amin dibentuk dengan cara yang elegan dan sudah solid sejak awal. Mereka tidak terlalu banyak gembar-gembor mengenai proses kesepakatan mereka di balik layar.

Kesepakatan koalisi Jokowi-Amin yang telah pasti terjamin adalah bahwa partai-partai ini tidak mau terlalu meributkan masalah jabatan. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka menentukan Cawapres. Ketimbang bersaing menempatkan kader partai, mereka memilih Cawapres dari luar partai politik, seorang tokoh Agama (Islam) yang dianggap dapat diterima semua lapisan masyarakat, termasuk masyarakat non-muslim.

Melihat susunan kabinet Jokowi selama 4,5 tahun terakhir ini saja, kita dapat melihat bahwa Jokowi dan partai koalisinya tidak masalah untuk memilih menteri dari lingkungan profesional. Sebut saja Menteri Perikanan Susi Pudjiastuti (pengusaha) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani (ekonom).

Mereka tidak terlalu meributkan bagi-bagi jabatan antar partai-partai politik. Kita tahu dampak buruk dari bagi-bagi jabatan ini adalah ketidak-profesionalan kinerja pemerintah dan praktek korupsi.

Sementara, koalisi partai-partai pendukung Prabowo-Sandi telah menunjukkan betapa rapuhnya persekutuan mereka semenjak awal.

Kita melihat betapa rumitnya memutuskan 9 nama kader PKS untuk dijadikan Cawapres, pendamping Prabowo. Kita juga melihat panjangnya drama partai Demokrat untuk berkoalisi dengan Gerindra, partainya Prabowo.

Yang terakhir terjadi waktu itu adalah pelanggaran berat. Akhirnya Prabowo mencoret 9 nama kader PKS dan nama Agus Yudhoyono dari Demokrat, hanya untuk memilih Sandiaga Uno. Dikatakan pelanggaran adalah karena Sandi berasal dari partai yang sama dengan Prabowo; itu membuat koalisi Prabowo menjadi koalisi setengah-setengah.

Tidak heran lantas partai-partai koalisi Prabowo menemui banyak konflik internal sesama mereka. Kader-kader partai koalisi Prabowo juga banyak yang berpindah kubu dengan alasan elektabilitas Pileg dan masalah prinsip. Praktek ini menyerupai politik dua-kaki.

Koalisi Prabowo dapat dikatakan begitu rapuh. Mereka akan terlalu banyak menciptakan konflik internal; sehingga kinerja pemerintahannya tidak akan menjadi baik dan korupsi tidak akan terlalu bisa dikontrol. Bahaya bagi negara.

Kubu Prabowo juga dibayangi kelompok-kelompok politik dan agama yang bersifat radikal dan intoleran bergaya preman; contohnya FPI dan Amien Rais. Mereka kerap mengatas-namakan agama untuk kepentingan politik. Ini bahaya sekali karena mengancam keutuhan bangsa kita, NKRI.

Garis besar visi-misi dan program

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun