Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Referensi Lengkap Memilih Jokowi-Amin

14 April 2019   12:11 Diperbarui: 14 April 2019   13:47 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah referensi untuk memilih Jokowi-Amin pada Pilpres 2019. Analisis dilakukan dari sudut pandang masyarakat awam, disampaikan sebagai referensi memilih bagi masyarakat pemilih baru, Golput, maupun masyarakat yang masih bimbang. 

"Ingat, artikel ini hanya pandangan awam saja. Seorang rakyat yang memilih Presidennya."

Semoga Anda membuka hati untuk memilih dan masih mendapatkan kesempatan untuk menentukan pilihan.

Analisis dilakukan dari berbagai aspek selama masa Pemilu 2019 yang dijadikan sub-judul bagian-bagian artikel ini:

  • Rekam jejak Capres
  • Awal pembentukan koalisi
  • Garis besar visi, misi dan program
  • Metode kampanye
  • Karakter dan mental Capres-Cawapres dan tim pemenangan
  • Prospek bangsa Indonesia

Rekam jejak capres

Anda dapat mencari sendiri biodata para Capres. Untuk menghemat kertas, di sini hanya akan disampaikan garis besarnya saja.

Jokowi memiliki pengalaman bekerja dalam sistem pemerintahan dan berprestasi. Latar belakangnya adalah pengusaha meubel.

Prabowo adalah seorang mantan anggota militer. Statusnya tidak jelas apakah ia mengundurkan diri, pensiun atau dipecat. Ia juga diduga melakukan kejahatan HAM di masa lalu.

Ada beredar di internet surat pemecatan Prabowo oleh Dewan Kehormatan Prajurit (DKP) yang  ditanda-tangani (di antaranya) oleh SBY dan Agum Gumelar. Tidak ada lagi perkembangannya sekarang. Apakah surat pemecatan Prabowo tersebut akan bernasib sama dengan Super Semar?

Awal pembentukan koalisi

Koalisi partai-partai untuk Jokowi-Amin dibentuk dengan cara yang elegan dan sudah solid sejak awal. Mereka tidak terlalu banyak gembar-gembor mengenai proses kesepakatan mereka di balik layar.

Kesepakatan koalisi Jokowi-Amin yang telah pasti terjamin adalah bahwa partai-partai ini tidak mau terlalu meributkan masalah jabatan. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka menentukan Cawapres. Ketimbang bersaing menempatkan kader partai, mereka memilih Cawapres dari luar partai politik, seorang tokoh Agama (Islam) yang dianggap dapat diterima semua lapisan masyarakat, termasuk masyarakat non-muslim.

Melihat susunan kabinet Jokowi selama 4,5 tahun terakhir ini saja, kita dapat melihat bahwa Jokowi dan partai koalisinya tidak masalah untuk memilih menteri dari lingkungan profesional. Sebut saja Menteri Perikanan Susi Pudjiastuti (pengusaha) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani (ekonom).

Mereka tidak terlalu meributkan bagi-bagi jabatan antar partai-partai politik. Kita tahu dampak buruk dari bagi-bagi jabatan ini adalah ketidak-profesionalan kinerja pemerintah dan praktek korupsi.

Sementara, koalisi partai-partai pendukung Prabowo-Sandi telah menunjukkan betapa rapuhnya persekutuan mereka semenjak awal.

Kita melihat betapa rumitnya memutuskan 9 nama kader PKS untuk dijadikan Cawapres, pendamping Prabowo. Kita juga melihat panjangnya drama partai Demokrat untuk berkoalisi dengan Gerindra, partainya Prabowo.

Yang terakhir terjadi waktu itu adalah pelanggaran berat. Akhirnya Prabowo mencoret 9 nama kader PKS dan nama Agus Yudhoyono dari Demokrat, hanya untuk memilih Sandiaga Uno. Dikatakan pelanggaran adalah karena Sandi berasal dari partai yang sama dengan Prabowo; itu membuat koalisi Prabowo menjadi koalisi setengah-setengah.

Tidak heran lantas partai-partai koalisi Prabowo menemui banyak konflik internal sesama mereka. Kader-kader partai koalisi Prabowo juga banyak yang berpindah kubu dengan alasan elektabilitas Pileg dan masalah prinsip. Praktek ini menyerupai politik dua-kaki.

Koalisi Prabowo dapat dikatakan begitu rapuh. Mereka akan terlalu banyak menciptakan konflik internal; sehingga kinerja pemerintahannya tidak akan menjadi baik dan korupsi tidak akan terlalu bisa dikontrol. Bahaya bagi negara.

Kubu Prabowo juga dibayangi kelompok-kelompok politik dan agama yang bersifat radikal dan intoleran bergaya preman; contohnya FPI dan Amien Rais. Mereka kerap mengatas-namakan agama untuk kepentingan politik. Ini bahaya sekali karena mengancam keutuhan bangsa kita, NKRI.

Garis besar visi-misi dan program

Kubu Jokowi telah secara gamblang menjelaskan segala perencanaan mereka untuk 5 tahun ke depan. Materi yang mereka sampaikan jelas, terukur dan terarah. Garis besarnya adalah bahwa pada periode satu pemerintahan Jokowi telah mengkonsentrasikan pembangunan pada bidang infrastruktur dan berhasil mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi tantangan ekonomi global.

Pada visi, misi dan program Jokowi selanjutnya adalah fokus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia seraya terus meningkatkan perekonomian nasional.

Secara awam dapat dikatakan juga: Satu periode membangun sarana-prasarana nasional, periode dua membangun manusia Indonesia. Memajukan bangsa dengan cara meningkatkan kualitas manusia dengan sarana-prasarana yang maju yang telah disediakan pemerintah.

Semuanya dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan yang ketat.

Jika strategi-strategi pemerintahan lemah, sudah pastilah bangsa Indonesia terpuruk dari dulu. Nyatanya berbagai tolak ukur global menyatakan bahwa Indonesia terus mengalami peningkatan dari banyak bidang.

Kubu Prabowo-Sandi kebalikannya. Mereka cenderung 'menggampangkan' masalah, menggeneralisir satu kondisi individu secara nasional, serta tergesa-gesa untuk menyelesaikan masalah. Perencanaan program mereka juga menjadi bias, cenderung kontroversial bagi kelaziman dunia pemerintahan di dunia.

Ekonomi

Contohnya adalah ambisi Prabowo untuk berswasembada pangan dan energi. Mungkin niatnya bagus, tapi strateginya yang lemah.

Di jaman mertua dari Prabowo, yaitu Soeharto, swasembada energi itu menjadi penting karena di jaman Orba banyak dari hasil bumi kita yang tidak diproduksi di dalam negeri atau tidak menjadi kedaulatan negara.

Sebut saja isu emas Freeport jaman Orba yang diberikan begitu saja kepada perusahaan Amerika dengan pembagian keuntungan yang tidak menguntungkan bagi masyarakat Papua, apalagi Indonesia. Peningkatan pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat Papua baru terjadi setelah Orba, setelah emas Papua banyak terkuras, bukan sebelumnya.

Atau hasil minyak bumi kita yang dikorupsi besar-besaran oleh keluarga Soeharto.

Di jaman sekarang, swasembada pangan dan energi itu mahal harganya. Pertama, kita harus membangun dari awal untuk lebih banyak infrastruktur dan sistem dengan APBN 'seadanya'. Kedua, kerja sama bisnis dengan negara asing sangat dibutuhkan demi kelancaran ekonomi bersama.

Contoh misi Prabowo-Sandi yang kontroversial juga adalah niat untuk tidak berhutang kepada asing. Tidak mungkin! Kebutuhan pembangunan negara itu banyak, sementara pendapatan negara sering tidak sesuai ekspektasi, tergantung iklim ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri, dan dinamika eskalasi pendapatan negara sifatnya lambat.

Untuk mempercepat pembangunan dan memberi kesejahteraan masyarakatnya, setiap negara harus berhutang. Tidak ada negara yang mau menghabiskan uangnya untuk pembangunan dengan jaminan pendapatan yang tidak menentu (gambling) berdasarkan forecast jangka panjang.

Perbedaan yang kontras antara program Jokowi versus Prabowo meyakinkan dunia ekonomi untuk memilih Jokowi. Demi stabilitas ekonomi dalam negeri.

Ketenaga-kerjaan

Jauh-jauh hari kita sudah diingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi pasar bebas (MEA). Menerima tenaga kerja asing merupakan suatu kewajaran. Karena kita juga boleh mengirimkan TKI ke luar negeri.

Masa Prabowo ingin menolak tenaga kerja asing, sementara kita boleh mengirim tenaga kerja kita ke luar negeri.. apa kata dunia?

Pertahanan negara

Ternyata, latar belakang menjadi seorang prajurit militer tidak menjamin kemampuan seseorang untuk menerapkan strategi pertahanan negara, sebagai panglima tertinggi.

Sementara Prabowo bersikeras membangun alutsista karena Ia menganggap bahwa militer kita lemah dan Indonesia bisa bubar, Jokowi dengan pemikiran yang matang mengatur skala prioritas pembangunan tanpa menyepelekan isu pertahanan negara.

Skala prioritas pembangunan ini harus dilakukan karena faktor keuangan negara, APBN. Tidak semuanya bisa dilakukan sekaligus, tapi semuanya bisa dibangun beriringan.

Lagipula, militer dan pertahanan negara kita tidak selemah yang Prabowo pikirkan. Kekuatan militer kita saat ini berada di peringkat #15 dunia! Dan Jokowi adalah seorang negosiator ulung.

Korupsi

Prabowo terlihat ingin mengampuni para koruptor, orang-orang yang menyebabkan negara ini sulit maju. Mengampuni koruptor akan melahirkan koruptor baru.

Kinerja Jokowi sudah jelas untuk memberantas korupsi. Di masa pemerintahan Jokowi, terlihat banyak sekali maling uang rakyat yang telah ditangkap KPK dan divonis di pengadilan, tidak perduli dari partai apa dan sekuat apa.

Program Jokowi untuk membuat berbagai sistem antisipasi korupsi juga sudah diterapkan melalui penggunaan teknologi (e-government).

Isu kekinian

Jokowi adalah presiden yang merangkul semua kalangan dan mampu hidup beradaptasi dengan perkembangan jaman.

Satu kebijakan seorang presiden dapat membawa bangsanya mundur ke masa lampau, dapat juga membawa bangsanya menuju ke masa depan. Bangsa asing semuanya menuju masa depan, maka kita harus memilih presiden yang berorientasi ke masa depan.

Kita bandingkan Jokowi dan Prabowo dari contoh-contoh sederhana saja.

Prabowo menyesalkan anak lulusan SMA bekerja sebagai tukang ojek online. Sementara Jokowi memandang ojek online sebagai bisnis yang dapat menyejahterakan rakyat, menjadi batu loncatan bagi pekerja baru dan meningkatkan pelayanan transportasi kepada masyarakat.

Prabowo tidak mengindahkan profesi gamers profesional dan menjawab isu ini dengan masalah pertanian (?!). Jokowi memandang dunia pemrograman, termasuk pengembangan app dan game, sebagai bisnis yang berpotensi menjadi perekonomian rakyat dan sumber lahan pekerjaan di masa depan, di saat lahan pertanian lebih banyak tergerus pembangunan gedung=gedung hunian dan industri.

Metode kampanye

Jika kita menilai seseorang dalam kompetisi, kita juga harus berjiwa besar untuk mengakui kelebihan dan prestasi orang itu.

Lain halnya dengan Prabowo, apapun yang dilakukan Jokowi, semuanya salah. Sering juga jika terjadi sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan Jokowi, itu pasti salah Jokowi. Paling-paling Prabowo mengatakan "Itu bukan salahnya pak Jokowi, tapi salah si anu.", tapi apapun yang dilakukan Jokowi,  mesti salah.

Gaya Prabowo ini menular ke pendukungnya. Sampai ada yang mengkritisi pembangunan jalan tol Jokowi dengan kalimat "Kita tidak makan jalan tol.!". Bah! Siapa yang suruh Anda makan jalan tol? Jalan tol itu dibangun untuk memudahkan Anda bekerja mencari makan.

Tidak baik berkompetisi dengan hanya mengkritisi. Berjiwa besarlah mengakui prestasi lawan, karena itu kekuatan Anda untuk menjadi lebih baik daripada yang lawan Anda lakukan.

Saya tidak dapat menyebutkan prestasi Prabowo karena memang belum pernah menjabat apa-apa dalam pemerintahan.

Prabowo juga menggunakan politik identitas (agama) yang seringkali memicu ketegangan antar umat beragama.

Banyak juga muncul propaganda-propaganda 'atas nama' Prabowo yang bersifat hoaks, ujaran kebencian dan fitnah. Walaupun tidak diakui sebagai bagian dari grup Prabowo, tapi sebagian besar masalah itu datang dari nama Prabowo untuk menyerang nama Jokowi.

Daftarnya agak banyak: Hoaks Jokowi PKI, Jokowi bukan/anti Islam, Jokowi antek asing, Jokowi akan melarang Adzan, hoaks wajah lebam Ratna Sarumpaet, hoaks surat suara 7 kontainer, hoaks surat suara di Malaysia, emak-emak Prabowo di Karawang, tuduhan kriminalisasi a la Jokowi, Jokowi mengintervensi hukum, dan lain-lain. Semuanya tidak terbukti benar.

Debat Pilpres

Dalam setiap debat Pilpres, yang menjadi gaya berargumen Prabowo adalah menyampaikan hal-hal normatif dengan program yang tidak jelas, cenderung khayal. Contohnya seperti yang disampaikan di atas tadi: tidak mau berhutang dan sebagainya..

Yang selalu menjadi kasus percontohan kubu Prabowo-Sandi selalu individu-individu, sementara mengelola negara haruslah memikirkan kepentingan masyarakat banyak, dan hubungannya dengan dunia ekonomi makro. Jokowi sudah sering menjelaskan hal tersebut dalam banyak kesempatan.

Didapati pula bahwa Prabowo secara frontal merendahkan para delegasi internasional, perwakilan negara-negara asing, pada salah satu debat. Prabowo  mengatakan bahwa mereka (asing) senyum-senyum hanya di depan bapak (Jokowi), di belakang mereka menertawakan kita.

Mungkin benar, tapi menyampaikannya secara frontal begitu sama seperti meludahi wajah negara-negara. Kita tidak akan mendapatkan respon yang baik dari negara-negara lain. Jika Prabowo jadi presiden dengan karakter seperti itu, Indonesia akan memiliki catatan perang yang banyak sekali.

Karakter dan mental Capres-Cawapres dan tim pemenangan

Semua tahu Jokowi orangnya kalem, Prabowo pemarah. Kita tahu semua orang bisa kalem dan marah, karena itu sifat manusiawi. Tapi karena kedua beliau ini ingin menjadi seorang presiden, maka karakter kalem dan pemarah ini menjadi penting.

Jokowi juga bisa marah dan tegas, kata orang kesabaran ada batasnya.

Tapi marahnya Prabowo dengan suara menggelegar, tone yang tinggi, disertai reaksi berlebihan seperti menggebrak-gebrak podium, itu yang bahaya. Prabowo boleh mengatakan ia tidak marah, tapi seseorang tidak bisa berpikir dan mengambil keputusan dengan baik dalam kondisi emosional yang sering seperti itu. Bahaya bagi negara jika presidennya salah mengambil kebijakan.

Prabowo juga sempat terlihat membuka baju di atas mobil ketika disambut pendukungnya. Karakter yang menakjubkan.......... bagi seorang Freddy Mercury. Tapi seorang yang labil, bagi seorang presiden. Kita mengharapkan penampilan yang lebih elegan dari seorang pemimpin.

Kubu Prabowo kerap menggiring opini publik bahwa Pemilu ini tercurangi, play victim. Ia mengatakan hal-hal kecurangan tanpa bukti. Seolah jika ia kalah, ia akan dengan mudah mengatakan bahwa Pemilu ini curang. Seorang yang bermental juara akan bertarung dengan bersih, hanya mengatakan curang dengan bukti.

Para juru bicara tim pemenangan Prabowo kompak. Cara mereka berargumen/berdiskusi/berdebat memiliki tipikal yang sama: Selalu ingin bicara lebih banyak, senantiasa memotong pembicaraan lawan dan bicara di saat lawan bicara. Sama semua! Silahkan observasi pada media-media.

Bayangkan jika mereka membentuk kabinet yang semuanya bicara tanpa mau mendengar orang lain. Bayangan jika mereka berdebat di DPR, lomba bicara. Bayangkan jika masyarakat biasa mengkritisi mereka; kita masih di A, mereka sudah di Z. Kubu Prabowo, termasuk Prabowo sendiri, tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Akan sulit bagi mereka untuk mengelola negara.

Sebagian besar pendukung dari kubu Jokowi selalu berargumen dengan data dan fakta, pemikiran-pemikiran yang ditawarkan lebih logis.

Jokowi kalem-kalem saja.

Prospek bangsa Indonesia

Jokowi tidak sempurna, tapi dalam konteks Pilpres, ia lebih baik ketimbang Prabowo. Masa depan bangsa Indonesia akan lebih baik di tangan Jokowi.

Pencitraan Jokowi juga terkadang terlalu lebay. Menampilkan pose shalat dengan sang cucu; mendatangi lokasi-lokasi bencana 'setelah' kejadian; memayungi sang Raja Salman; mendatangi lokasi yang kemarinnya baru di bom teroris; banyak praktek birokrasi yang masih sulit; dan sebagainya.

Tapi hal-hal seperti itu biasa saja. Jokowi seorang politikus, ulung pula.

Dan seperti kata Jokowi, permasalahan bangsa itu banyak. Semua ada prosesnya, tidak bisa menyelesaikan berbagai masalah dengan instan. Strategi Jokowi-lah yang dapat kita nilai sebagai harapan kita untuk menyelesaikan berbagai masalah bangsa itu.

**

Terserah Anda mau pilih siapa. Saya pilih Jokowi.

Apakah kita berbeda? Tidak masalah. Anda masih bisa baca artikel saya yang lain..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun