"Bajingan kok bangga", batin Tarman lungkrah, "Sekarang malah diburu polisi"
"Maaf, mbah. Bukankah sampeyan pembuat batu bata?", Kata Parno. Dia menyusul ketika mendengar persengketaan itu.
"Iya memang", ucap mbah Kabul. "Tapi nyambi jadi bajingan. Lagian, kalau punya usaha batu bata harus punya gerobak sapi"
"Sebentar, mbah. Saya tambah tidak mengerti", ujar Parno. "Apa hubungannya batu bata, gerobak sapi dan bajingan?"
Mbah Kabul mengusap wajah keriputnya. "Hubungan wajib. Karena  gerobak sapi dipakai untuk mengirim batu bata". Lelaki sepuh itu menatap wajah-wajah bingung didepannya. " Kadang beberapa tetangga menggunakan jasaku sebagai bajingan. Walaupun mereka juga bajingan"
"Aku kok soyo ora mudeng to, mbah?"
"Tak kandani. Sopir gerobak sapi kuwi disebut bajingan", ucap mbah Kabul
"Oaalaaah...." Penggeruduk membuka mulut mengumbar bau.
"Aku kok baru tahu ya?", Ujar lik Tarjo. "Padahal umurku 45 tahun"
"Jare sopo, mbah?". Penggeruduk masih tidak percaya.
"Jareku", kata mbah Kabul. "Yang lahir era 40 an telinganya sudah biasa mendengar kata bajingan. Kalau tak percaya tanya orang desa sekitar yang usianya kisaran 70 tahun keatas"