"Minggir, minggir". Peringatan meledak agar memberi jalan buat motorku. Standar samping aku turunkan dan segera panglima aku bimbing menuju tabir. Aku menyusur lekuk dapur. Tabir itu tidak ketemu. Kecemasan menggelayut kebingungan menusuk.
"Ketemu, mas?". Mbah Redi tahu-tahu telah disampingku, memahami kecemasanku. "Pas mau, neng ngendi panggone?"
"Ya disekitar sini, mbah"
"Sabar dhisik. Kadang tabir kuwi pindah sak geleme dewe. Coba tak ewangi nggolek i". Menelusuri rumah gerilya akhirnya, "Lha iki neng kene!". Teriakan mbah Redi mengagetkan kami. "Ada dikamar beliau. Tuntun ke sini, mas"
Segera kugandeng tangan panglima. Kamar itu berbau pengap karena lama tidak dibuka. Sempit.
"Cepat, jangan pakai lama", saran mbah Redi. "Ditakutkan tabir itu pindah lagi"
Sebelum berpisah aku peluk panglima besar. Beliau menatapku berkaca-kaca. Kedua tangannya memegang pundakku. Dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim berdua menembus tabir. Kemudian aku meloncat cepat kembali ke asal. Aku kelelahan. Mbah Redi menyuruhku istirahat. Ternyata, kali pertama yang menemukan tabir di rumah gerilya adalah mbah Redi. Makanya dia tidak panik ketika orang-orang melihat tingkahku yang janggal. Mbah Redi sering menembus tabir. Cuma dia belum pernah membawa orang-orang di tahun 1949 ke masa sekarang. Ternyata hanya orang-orang tertentu yang diberi kemampuan menemukan tabir.
Aku pamit. Orang-orang menyalamiku. "Kalau ada waktu, sempatkan main lagi kesini, mas". Aku terharu dengan sambutan mereka, tapi aku tidak janji. Aku kuatir jika berkunjung kembali, tabir itu menampakkan diri. Dan ketika melongokkan kepala, yang aku jumpai Tjokropranolo. Itu tidak aku harapkan. Kuatir kapten jebolan PETA(Pembela Tanah Air) menghajarku karena telah menculik panglimanya. Karena aku tahu, karakter pria kelahiran 21 Mei 1924 itu sedikit temperamental.
Segera kutinggalkan dukuh Sobo bersama kebaikannya, bersama pucuk-pucuk pinusnya, bersama sapa ramah warganya. Lambaian tangan mengiringi deru motorku. Kupacu dengan putaran lembut melewati gerbang bertulisan "Kemerdekaan sudah digenggam, jangan dilepaskan"[]
Solo, 23 Februari 2022