Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menculik Sang Panglima

23 Februari 2022   21:51 Diperbarui: 23 Februari 2022   22:03 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Jendral Soedirman (Dokumen Pribadi)

"Solo? Dadi kowe anak buahe Slamet Riyadi? Piye kondisi pasukanne?"

Aku terdiam. Ada penyesalan membekap pikiran. Aku melakukan blunder. Kenapa mengajak beliau ke era ini. Perasaanku sudah tidak enak. Kuatir kalau mantan guru Muhammadiyah ini akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Firasatku mendekati kebenaran.

"Saya bukan anak buah Slamet Riyadi"

"Jare seko Solo. Ngomong sing bener!"

Aku tercekik. "Semua ini gara-gara tabir, Panglima".

Dengan lugas aku jelaskan apa itu 'tabir' memakai serangkai kalimat sederhana. Beliau manggut-manggut. Matanya mengunci wajahku. Ada perasaan segan berhadapan dengannya. Aku berharap perkataanku mampu membuatnya paham.

***

Kegaduhan menyeruak di rumah bayan Karsosoemito yang dijadikan markas gerilya. Tjokropranolo kebingungan. Supardjo Roestam ketar-ketir. Suadi Suromihardjo blingsatan, marah besar.

"Siapa yang terakhir bersama pak Dirman!?". Tjokropranolo menyesal, kenapa dia tadi terlalu lama kencing. "Kita telisik sekitar tempat ini. Jangan sampai lewat", ucap Supardjo Roestam. Para pengawal panglima besar cemas berkepanjangan.

Sementara ditempat yang sama tapi dengan tahun berbeda, aku membujuk panglima agar mau melihat kondisi wilayah dimana dia bermarkas selama bergerilya. Mulanya beliau ragu. Tapi akhirnya luluh.

"Panglima naik dibelakang", kepalaku menoleh kesamping. "Pegangan pundak saya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun