Mohon tunggu...
Cerpen

Tokai Watch

16 Juli 2018   22:02 Diperbarui: 16 Juli 2018   22:23 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Solusi dari saya, bagaimana kalau pengaturan pembagian waktu di jam kita kita sederhanakan. Bikin saja jadi 5. Sesuai dengan waktu Shalat."

Grusak-grusuk mulai berdengung dalam ruangan. Beberapa petinggi mematut-matut jenggotnya yang tipis, gagal ditumbuhkan sekalipun dengan krim penumbuh rambut terkenal. Beberapa menggosok-gosok dengkul, selangkangan, ketiak, atau kepala gundul, tanda hanya mengerti materi ini separuh-separuh.

"Kita bikin saja penanda di jam, yang tadinya angka, jadi Subuh, Dzuhur, Azhar, Maghrib, dan Isya. Kan jadinya lebih fleksibel. Misal, yang tadinya dengan sistem penamaan jam konvensional mau ketemu jam 1 siang, bilang aja dengan sistem baru 'kita ketemuan ba'da dzuhur ya'. Beres. Waktu ketemuan makin fleksibel. Ya, fleksibilitas. Kelenturan. Layaknya karet. Jam dan waktu kok dibuat seperti karet ya heh heh heh, dasar manusia. Tapi itu agaknya solusi ideal."

Solusi telah ditelurkan. Kabar bagus (atau buruk) ini segera dihembuskan ke seluruh penjuru kantor, tentunya setelah demo di depan kantor dibubarkan dengan janji semua produk akan ditarik dan diganti rugi dengan produk yang baru, yang lebih fleksibel. Ya, fleksibel adalah kata kunci nya. Menjadi etos kerja baru bagi Girsang dan seluruh karyawan pabrik. Waktu harus lebih mengikuti perkembangan jaman, jangan cuma agama, heh heh heh. Waktu juga harus lentur, seperti karet.

***

Waktu itu sudah lima sampai enam bulan pasca produksi jam baru dengan skala ukur waktu shalat sebagai patokan beredar di masyarakat. Senyap yang biasa mengalasi jalanan sepi di depan kantor perlahan berganti jadi riuh. Riuh rendah, diselingi riuh tinggi, lalu rendah lagi. Ada orang yang demo lagi.

Bapak manajer Girsang, yang sudah diangkat menjadi kepalanya manajer manajer (atas jasanya meredakan demo enam bulan lalu), lagi-lagi disuruh keluar menangani konflik. 

Bapak sajalah, kata manajer lainnya, kan bapak penyelesai konflik tingkat tinggi. Wuih, kembang kempis hidung Girsang. Apalagi satu manajer perempuan yang baru diangkatnya bilang "kalau bapak bisa selesain demo yang satu ini, bapak boleh menyelesaikan 'saya' malam ini heh heh heh". Tambah sempit celana Girsang memikirkannya.

"Bangsat kalian tokai!"

"Heh, jangan kasar begitu, masa perusahaan ini dikatain kotoran"

"Memang namanya Tokai. TOKAI WATCH!"

Girsang baru saja menongolkan kepala saat gelombang protes memberondongnya dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun