“Sekarang bagaimana kondisinya, San?”
“Aman terkendali Bos, satu dua warga melarikan diri. Sisanya mati. Penggusuran rumah bisa dilakukan mulai besok.”
“Kapan pembantaian warga itu kalian lakukan?”
“Hmm, agak susah bos mengingat waktunya. Sekitar jam setengah delapan tadi mungkin, setelah shalat Isya. Aku masih ingat Tuhan juga Bos terkadang, jadi kubiarkan dulu orang-orang kampung itu untuk beribadah, minta ampun untuk terakhir kalinya sebelum terbang sia-sia ke akhirat hahahaha.”
Setengah delapan. Bertepatan saat bau amis itu pertama kali tercium.
“San”
“Iya bos?”
“Kau ada tercium bau amis yang benar-benar amis sampai bikin muak tidak?”
“Oh iya ada Bos. Kenapa, memangnya bos juga menciumnya?”
“Jangan tanya balik. Bau apa itu San?”
“Bau darahlah bos, apalagi. Amis sekali memang, sampai mau muntah aku menciumnya.”