Mohon tunggu...
Cerpen Artikel Utama

Amis

1 Januari 2016   13:07 Diperbarui: 1 Januari 2016   13:44 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sekarang bagaimana kondisinya, San?”

“Aman terkendali Bos, satu dua warga melarikan diri. Sisanya mati. Penggusuran rumah bisa dilakukan mulai besok.”

“Kapan pembantaian warga itu kalian lakukan?”

“Hmm, agak susah bos mengingat waktunya. Sekitar jam setengah delapan tadi mungkin, setelah shalat Isya. Aku masih ingat Tuhan juga Bos terkadang, jadi kubiarkan dulu orang-orang kampung itu untuk beribadah, minta ampun untuk terakhir kalinya sebelum terbang sia-sia ke akhirat hahahaha.”

Setengah delapan. Bertepatan saat bau amis itu pertama kali tercium.

“San”

“Iya bos?”

“Kau ada tercium bau amis yang benar-benar amis sampai bikin muak tidak?”

“Oh iya ada Bos. Kenapa, memangnya bos juga menciumnya?”

“Jangan tanya balik. Bau apa itu San?”

“Bau darahlah bos, apalagi. Amis sekali memang, sampai mau muntah aku menciumnya.”

 

Palembang, 1 Januari 2016, 13.02

Selamat tahun baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun