Demikian pula apabila kita mempelajari "pengalaman", kita akan menemukan suatu faktor tertentu yang aktif bekerja, yakni apa yang kita sebut dengan "belajar". Usaha belajar dapat diarahkan sedemikian rupa untuk membantu mewujudkan kehidupan yang lebih baik secara efektif.Â
Proses belajar juga merupakan bagian utama dari pengalaman yang sedang berjalan.Â
Jika ditelisik lebih dalam lagi, dalam aliran ini, peserta didik akan belajar bagaimana dia harus hidup dan menerima kenyataan itu, dan bagaimana dia mesti menyikapinya. Dengan demikian, hal yang dipelajari oleh peserta didik dapat langsung diterapkan di dalam tingkah lakunya sehari-hari. (Ali, 1987)
- Eksistensialisme
Kemunculan yang relatif baru dari eksistensialisme sebagai aliran filsafat, mungkin dapat diharapkan untuk membatasi kegunaannya sebagai teori pendidikan.Â
Dalam sebagian besar pembahasannya, kaum eksistensialis memusatkan pembahasannya pada masalah-masalah metafisis yang memusatkan perhatiannya pada pribadi seseorang dan agak sedikit mengabaikan masalah-masalah dalam pembahasan modern seperti permasalahan sosial, politik, kehidupan yang melembaga dan pola keteraturan masyarakat.Â
Jadi, menurut pendapat aliran ini, realitas tertinggi dan final terletak pada diri pribadi seorang manusia. Di dalam inti ke-dirian yang dalam dari seorang manusia itu, terdapat kekuatan memilih.Â
Kekuatan memilih inilah yang beroperasi sebagai tanggungjawab yang kemudian menjadi menegas bahwa seseorang telah menjadi manusia yang utuh, yang menetapkan tentang sebuah kebenaran.
Tetapi juga tentang kriteria apa yang dipergunakan di dalam menentukan kebenaran, dan standar apakah yang akan dipakai untuk memilih di antara kedua kriteria yang saling bersaing itu, serta penilaian apakah yang akan dipergunakan untuk menentukan standarnya. (Ali, 1987)
Mengenai teori pendidikan menurut aliran eksistensialisme, diterangkan oleh George F. Kneller, bahwa kaum eksistensialis tidak menginternalisasikan doktrin mereka ke dalam teori atau kebijakan praktis dalam institusi-institusi pendidikan.Â
Menurut eksistensialisme, kebenaran itu tidak terbatas, oleh sebab itu kurikulum pendidikan, menurut mereka tidak bisa ditentukan secara rigid.Â
Maka, tidak perlu dipermasalahkan manakah yang lebih penting, si murid atau kurikulum, akan tetapi suatu tanggungjawab dari pihak si murid terhadap kurikulum harus ada, karena kurikulum merupakan wakil dunia ilmu pengetahuan yang harus digali oleh si murid. (Ali, 1987)
- Progressivisme