Teori Pendidikan yang mula-mula dikenal dalam sejarah ialah filsafat pendidikan (the philosophy of education) sebagai bagian dari sistem berpikir filsafat tertentu, sejajar dengan adanya penerapan ajaran agama tertentu ke dalam pendidikan.Â
Setiap filsafat, baik aliran filsafat, filsafat hidup, maupun filsafat agama, mempunyai pandangan sendiri tentang alam semesta, terkait dengan empat kelompok persoalan/permasalahan utama dalam berpikir, yaituÂ
(a) kenyataan hakiki (teori realitas/ontologi atau metafisika, yang mempersoalkan Apakah hakekat dari segala sesuatu yang ada?),Â
(b) pengetahuan manusia (teori pengetahuan/epistemologi yang mempersoalkan Apakah kebenaran dan dapatkah kita mencapai pengetahuan yang benar?),Â
(c) nilai dan norma (teori nilai/aksiologi/estetika, moralitas dan etika, yang mempersoalkan Apakah arti apresiasi dan menyikapi nilai, dan mengapa perbuatan nilai moral melebihi tahap apresiasi?), sertaÂ
(d) hakekat manusia yang mendidik/diperlakukan dalam pendidikan (antropologi kefilsafatan yang mempersoalkan: Apa hakekat manusia, bagaimana hubungannya dnegan segala sesuatu dan dengan sesama?).Â
Dalam hubungan ini di semua masyarakat modern secara praktis terdapat aliran-aliran yaitu Naturalisme, Idealisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Eklektisisme (Natawidjaja, Sudjana, Rasyidin, & Dahlan, 2008).
Peran Filsafat Pendidikan (The Role of Educational Philosophy)
Filsafat Sebagai Hal yang Tak-terhindarkan (The Inevitable One). Sebutan yang demikian itulah yang tepat di dalam merefleksikan kehidupan ini menuju hal yang bersifat praksis. Proses belajar dan mengajar adalah hal yang selalu ada di dalam kehidupan kita. (Brubacher, 1962)
Hal tesebut terbukti dari beberapa hal tentang apa yang kita yakini, loyalitas kita pada seseorang atau sesuatu, bagian-bagian yang mendeterminasi konten, dan metode pengajaran kita. Setiap dari kita pasti punya filsafat masing-masing baik yang disadari maupun yang tidak disadari.Â
Dengan demikian apapun yang kita ucapkan dan lakukan maupun yang kita pikirkan sesungguhnya merefleksikan filsafat kita. (Brubacher, 1962)