Dalam istilah lain, maka kita tidak awam dengan kata "teori". Teori pada dasarnya merupakan hal yang bersifat paling praktis karena ia selalu ada di dalam bentang sejarah aktivitas kehidupan manusia dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan dan keinginan. (Brubacher, 1962)
Teori menggerakkan aktivitas manusia sekaligus membedakannya dengan aktivitas-aktivitas yang hanya didorong oleh tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan yang bersifat primitiv, sehingga teori membawa manusia pada aktivitas yang reflektif, di mana aktivitas reflektif tidak lain merupakan kegiatan berfilsafat. (Brubacher, 1962)
Keterhubungan pendidikan dengan filsafat akan sangat nampak jika kita memperhatikan kembali tentang ilmu faktual tentang pendidikan. Namun memang pada sebagian besar pembahasan akan lebih kental dengan corak saintifik, tidak melulu soal karakter filsafat, serta dapat dijumpai hampir pada semua ilmu-ilmu sosial.Â
Namun, kesemuanya tidak dapat lepas dari ranah berpikir filsafati. Kita bisa melihat pada setiap penelusuran dan justifikasi tentang fakta yang diupayakan dalam sains pastinya berkaitan dengan spekulasi filsafati. (Brubacher, 1962)
Selain itu, ada juga kemungkinan lain yang memungkinkan adanya hubungan antara pendidikan dengan filsafat spekulatif. Salah satunya bisa diderivasikan dari kajian tentang proses pendidikan dengan hipotesis tentang hakekat dunia (nature of the world), sebagai contoh yakni tesis idealis bahwa sejarah alam semesta adalah edukasi-diri dari pikiran (self-education of Mind). (Brubacher, 1962)
Namun, tujuan dari penyelidikan itu bukanlah menambah wawasan bagi pendidikan melainkan menambah wawasan tentang hakekat alam semesta, dan demikian sebagaimana "berpikir" tidak secara memadai untuk disebut sebagai filsafat pendidikan.Â
Di samping itu, dalam konteks moralitas, terdapat aspek normatif dari pendidikan---dapat diumpamakan sebagai jatung filsafat pendidikan.Â
Dikaitkan dengan filsafat, aspek normatif merupakan hal seputar apa yang harus dan tidak harus di dalam proses pendidikan yang disertai pula dengan argumentasi yang mendukung penilaian normatif tersebut. Hal ini tidak lain dan tidak bukan, secara keseluruhan merupakan cabang dari filsafat normatif. (Brubacher, 1962)
- Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
Aliran Essensialisme
Menurut Brubacher jiwa dari Filsafat Pendidikan Essensialisme barangkali dapat ditelusuri dari asal kata "essensialisme" itu sendiri. Di tengah-tengah campur baurnya perubahan dan adanya bermacam ragaman keadaan, seorang essensialis percaya bahwa ada beberapa pokok dari pedoman pendidikan itu yang secara relatif bersifat tetap.Â
Ia akan menyadari bahwa banyak nilai-nilai pendidikan itu yang dapat dikendalikan oleh seseorang, akan tetapi ada pula beberapa di antara nilai-nilai itu yang dia sendiri harus mengendalikannya.Â