Tubuh Rio serasa bergetar. Hampir berkeringat seperti orang yang habis lari. Tangannya terus dipegang. Mulai dari turun kendaraan hingga masuk ke dalam mal.
"Kamu kenapa? Kok diam saja?" tanya Resa, yang hanya dijawab 'enggak apa-apa'.
Memang itu pengalaman pertama Rio. Sepanjang pergaulan, Rio belum satu kali pun diberlakukan seperti itu oleh seorang wanita---mengwalinya. Tapi Rio menganggap itu tak masalah, asalkan Resa senang dan suka.
Rio pun demikian. Merasa senang dan suka.
Di mal mereka tak lama. Hanya makan dan menonton. Setelah itu, keduanya pulang.
Sesampaianya mengantar Resa ke rumahnya, Rio bertanya polos tentang tadi (memegang tangannya). Rio merasa perlu bertanya karena mengganggap itu tidak biasa. Sebaliknya, Resa justru menganggapnya hal itu biasa. Rio terkejut. Wajahnya seketika berubah.
Resa mengaku melakukan itu kepada siapa saja teman laki-lakinya. Biar terlihat akrab, kataya. Termasuk cipika cipiki kepada teman laki-lakinya.
Hal itu kata dia juga tidak menandakan apa-apa, termasuk ada rasa lebih.
Rio pamit pulang. Resa ingin cipika cipiki. Rio menolak. Ia belum siap untuk itu, seperti teman laki-lakinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H