Pengawas sempat bingung. Tapi Rio "masak bodo". Pikirnya, yang penting hasil.
Benar saja, Rio dinyatakan lolos psikotes kerja di resto makan cepat saji itu. Resa, tidak. Rio menertawakannya.
"Parah lu! Bukannya sedih malah seneng!" kata Resa, yang disambut tawa Rio.
Manajemen meminta Rio untuk datang besok. Rio besok sudah bisa mulai masuk. Dia ditempatkan di cabang, daerah Jakarta Utara.
Resa mendukungnya. Ikut senang.
***
Rio sudah mulai masuk kerja di restoran cepat saji. Rio ditempatkan sebagai pelayan. Padahal Rio tidak melamar untuk itu. Sesekali dia di dapur. Bantu koki.
Rio nyawan kerja di sana. Senior-seniornya juga baik kepadanya. Tak segan-segan mengajari Rio untuk bisa semua, selain menjadi pelayan.
Pun dengan atasan Rio. Baik kepadanya. Sering mengobrol tanpa ada batas, layaknya atasan dan bawahan, yang didramatisir mesti kaku dan gila hormat. Kayak di sinetron-sinetron.
Begitu sehari-harinya, sampai Rio akhirnya mengajukan resign. Atasan dan teman-temannya terkejut. Tak habis pikir mengapa Rio tiba-tiba mengajukan resign.
Padahal, ia baru bekerja kurang dari satu bulan. Rio bersikeras untuk resign.