Mohon tunggu...
Robi Firnando
Robi Firnando Mohon Tunggu... Penulis - Man Jadda Wajada

Tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan pula (Ar-Rahman: 60)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semut Merah di Dinding Sekolah

18 Juli 2022   08:00 Diperbarui: 18 Juli 2022   08:05 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bahagia X Broadcasting-Dokumen pribadi

“Allahu Akbar, Aulia…” tanggap ku sambil geleng-geleng kepala.

“Hee, maaf pak besok-bseok ndak lagi”. responya seperti tidak ada dosa sambil senyum-senyum.

Selain itu masih adakah pak nama-nama lain? Masih ada, cuman yang keseringan itu ya mereka berdua. Tapi dibalik itu semua aku yakin mereka berdua tersebut anak yang baik, bahkan potensi yang ada pada masing-masing mereka itu kelak bisa mereka kelola dengan baik dan bijak sebagai dasar mereka untuk merahi mimpi dan cita-cita mereka. InsyaAllah.

     Sebenarnya cerita pendek ini belum bisa mewakili semua apa yang menjadi suka dan duka ku dikelas ini, bagaimana tidak, hampir satu tahun aku diminta untuk membimbing dan bersama mereka baik dikelas maupun diluar kelas ataupun secara langsung maupun tidak langsung, sungguh pengalaman hebat dan sulit untuk ku lupakan, suka dan duka ku rasakan canda tawa kadang sepintas terlihat biasa, namun dibalik itu semua terselip makna tersirat yang belum mampu untuk tersurat. Ada bahagia juga tentu ada sedihnya, namun inila realita hidup dunia sebenarnya.

Nah, singkat cerita kini mereka semua sudah kian beranjak semakin dewasa, satu sama lain diantara mereka sudah mulai saling memahami kondisi mereka masing-masing, bagaimana mereka harus bisa dan pandai-pandai membawa diri dalam bergaul. Hal ini dibuktikan dengan adanya gap-gap antara mereka, yahh namanya juga mereka anak-anak yang masih perlu bimbingan dan pengawasan. Tapi walaupun adanya gap-gap diantara mereka yang mana kadang temenya itu-itu aja, ada juga yang temenya anak kelas lain, ada juga yang temenya rombongan satu dan rombongan dua dan kemana aja dia ini bisa membawa diri, Alhamdulillah beragamlah karakter mereka ini.

Dan mereka kini siap untuk naik ke kelas XI, Alhamdulillah setelah melalui banyak lika-liku perjalanan kini mereka sudah siap untuk ku bawakan kepada gerbang pintu kelas XI, dalam hal ini aku sangat berterima kasih sekali kepada guru-guru di kelas yang telah mendidik dan membantu mereka dalam menuntut ilmu dengan baik, sungguh jasa seorang guru itu tak terbalas, karena kenapa? Guru di sekolah adalah orangtua mereka, layaknya orang tua mereka dirumah, guru juga memberikan yang terbaik kepada mereka agar berhasil dan kelak lebih hebat dari gurunya. Sungguh mulia sekali perjuangan dan pengorbanan seorang guru, insyaAllah mudah-mudahan anak-anak kelas ku tidak melupakan jasa para guru-gurunya. Aamiin.

     Satu minggu sebelum pembagian raport di kelas, aku dihadapkan dengan beberapa PR yakni ada beberapa anak-anak yang nilainya masih bermasalah dan hal tersebut harus segera dibereskan dengan beberapa guru mata pelajaran yang ada, tentu dalam hal ini aku sebagai wali kelas harus bisa semaksimal mungkin untuk bisa membantu dan membimbing anak-anak yang masih bermasalah tersebut agar segera menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum.

Sampailah akhirnya tinggal beberapa nama-nama saja yang masih belum juga menyelesaikan, dan hal ini cukup membuat ku sedikit merasa geram. Bagaimana tidak, tinggal beberapa hari lagi pembagian raport kok mereka masih belum juga menyelesaikan tugas-tugasnya. Bahkan dari  beberapa nama-nama tersebut ada yang orangtuanya ku hubungi dan bahkan ada yang sampai harus di panggil ke sekolah, mengingat akan pentingnya hal ini.

Singkat saja ingin ku ceritakan dari kejadian ini, masyaAllah ini benar-benar di luar dugaan ku. Saat diakhir-akhir menjelang rapat kenaikan kelas dan pembagian raport aku benar-benar dibuat seolah seperti begitu mendalami peran sebagai orangtua yang mempunyai anak yang sayang dan sangat peduli kepada anak-anaknya, masyaAllah. Alhamdulillah banyak hikmah yang kudapat dari kejadian ini. Ucapku dalam hati. Hihi

     Diakhir cerita ini, aku mengibaratkan cerita ini seperti semut merah yang sedang berbaris di dinding sekolah. Mengapa semut? Dan mengapa harus dia yang Merah? Mengapa tidak hewan lain? Mengapa tidak semut yang berwarna lain? Mengapa dalam cerita ini di umpakan dengan dia yang Merah? Merah tentu melambangkan jiwa pantang menyerah yang semngatnya berapi-api. Tentu masih ada banyak lagi kiasan-kiasan yang dapat di umpamakan. Mengapa semut pak? Khususnya dalam Islam, Islam menggolongkan semut sebagai hewan yang istimewa. Serangga kecil ini bahkan diabadikan menjadi nama dalam surat Alquran yaitu An-Naml yang berarti semut.

Aku sadar, aku takkan mungkin untuk terus dan selalu membersamai mereka, aku dan mereka hanya kesempatan yang mungkin takkan datang kedua kalinya. Walaupun kelak aku dan mereka kan berpisah dipisahkan dengan waktu ataupun jarak, aku yakin kelak ada diantara mereka yang kembali mengingat masa-masa indah ini, ada diantara mereka yang kan masih ingat, ada diantara mereka yang kan mendo’akan kebaikan da nada diantara mereka yang kan jadi lebih hebat dan baik dari ku. Aku sadar, apa yang ku beri hari ini itulah kelak yang kan ku terima. Bagaimana bila semua tidak sesuai dengan apa yang bapak katakana? Sungguh Allah lebih tau dari apa-apa yang tidak aku ketahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun