Mohon tunggu...
Robiatul Adawiyati
Robiatul Adawiyati Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa di iainu Tuban

Nama robiatul adawiyati tempat tanggal lahir Tuban kepribadian saya Ingin mencapai cita-cita saya hobi saya memasak cita cita saya guru saya ingin mengapuld tugas yaitu cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abdi santri dalem

25 Desember 2024   11:19 Diperbarui: 25 Desember 2024   11:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tak mau su'ul adzab berlama-lama mendengar yang bukan hakku untuk mendengar. Aku melanjutkan menghangatkan makanan sisa tadi malam yang masih bisa dimakan.

Bulan Ramadan tiga hari lagi akan tiba, dan hari ini aku akan disibukkan dengan acara pertunangan Ning Salwa dan Kang jamal. Aku sudah lebih tegar untuk menghadapinya. Sedihku kini hanya sekadarnya saja.

Dibantu oleh Mbak Ndalem lainnya, aku menata ruang tamu sedemikian rupa. Meja dan kursi dikeluarkan terlebih dahulu agar ruangan lebih luas. Anehnya Kang jamal malah ikut membantu memindahkan kursi dan meja itu, padahal ini acara khitbah nya. Harusnya dia sedang bersiap dengan keluarganya.

Aku tak mau bertanya, aku pun tak mau menyapa. Meski berkali-kali kami tak sengaja berpapasan.

Setelah memastikan ruang tamu rapi, hidangan sudah siap, dan bawaan untuk para tamu sudah tertata, aku membantu Ning Salwa menyiapkan baju dan riasannya. Ning Salwa terlihat sangat cantik dengan sedikit riasan. Kang jamal sangat beruntung mendapatkan calon istri seperti Ning Salwa. Aku tersenyum mencoba ikut bahagia.

Mobil-mobil berdatangan di depan Ndalem. Aku pikir itu mobil keluarga Kang jamal tapi ternyata yang datang adalah keluarga Kyai muhtadi.

Gus Amin, putra Kyai muhtadi turun dari mobil dengan gagahnya didampingi Bapak Ibunya. Di belakang mereka terlihat rombongan yang membawa banyak sekali bingkisan.

"Saya sebagai wali dari Salwa menyerahkan jawabannya pada putriku. Gimana Salwa, apa diterima lamarannya?" Aku yang dipasrahi ibu untuk menemani Ning Salwa juga merasakan ketegangan. Ning Salwa tersenyum lalu mengangguk kan kepalanya.

Hari ini aku baru tahu Ning Salwa tak jadi bertunangan dengan Kang jamal. Abah tak mau menolak keinginan Kyai Asror yang ingin melamar kan  putranya untuk Ning Salwa. Abah memang sangat takdzim pada Kyai muhtadi. Ibu Nyai Asror berdiri dan menghampiri Ning Salwa. Saat beliau memasukan cincin pada jari manis Ning Salwa, aku melihat Kang jamal dari kejauhan tersenyum kepadaku.

Dan pada akhir cerita tersebut bahwa kang jamal dan neng salwa tidak jadi menikah karna abahnya neng salwa ditidak mau menolak lamaran dari keluarga kyai asror.dan sebagai mb anzelina ,mb ngabdi dalemnya neng salwa sangat Bahagia karna kang jamal yang dia sukai tidak jadi menikah dengan neng salwa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun