"Dalem? Kaya perasaanku ke kamu aja mbak! Hehe" Aku tersenyum membaca balasannya. Setelah saling berbalas pesan lumayan lama, tiba-tiba hening.
"Mbak?"
"Nggeh?"
"Abah jodohin saya sama Ning Salwa. Pripun?" Aku langsung menutup aplikasi WA. Pesan dari Kang Kholil pagi ini membenarkan gosip dari shofi tadi malam.
"Apa saya matur ke Abah kalo sampyan yang aku suka?"
"Jangan! Aku nggak pengin abah kecewa"
"Tapi mbak? Nanti sampean gimana? Nanti kita gimana?"
"Aku gakpapa. Udah ya aku mau masak. Semoga sampyan bahagia sama Ning Salwa. Wassalamu'alaikum"
Aku sudah tak lagi menunggu jawabannya. Kumatikan paket data dan segera bergegas menuju dapur. Berkali-kali membesarkan hati untuk tetap tenang. Aku tak mungkin menghalangi Kang jamal untuk tetap takdzim sama Abah. Abah pasti memilih Kang jamal untuk menjadi menantunya tidak asal milih. Jelas karena Kang jamal memiliki banyak keistimewaan.
Untuk putri semata wayangnya, Abah tak mungkin memilih laki-laki biasa. Abah pasti memilih laki-laki yang selain bisa menjadi imam untuk putrinya, juga harus bisa jadi imam untuk Pesantren Al-Amin ini. Kecakapan Kang jamal menjadi lurah dan seringnya dia mbadali ngaji Abah mungkin jadi alasan Abah memilih dia menjadi calon menantunya. Aku harus ikhlas. Sekali lagi, aku harus ikhlas.
Sudah tiga hari kabar perjodohan Kang jamal dan Ning Salwa terdengar, aku sudah mulai tenang. Kesibukan masak di dapur, belajar untuk imtihan pesantren, dan persiapan Ujian Akhir Semester kampus membuatku tak memiliki banyak waktu untuk memikirkannya.