Selepas membaca kitab al Barzanji santri-santri biasanya menggunakan waktu untuk bersantai. Aku dengan beberapa teman kelas rencananya akan masak mi instan bersama menggunakan kompor di koperasi pondok.
Salah satu kegiatan yang kata alumni sangat dirindukan setelah boyong. Mi instan yang sederhana menjadi hal yang mewah saat dimakan dengan teman-teman santri. Makan mi instan sendirian di rumah meski menggunakan topping yang lengkap pasti tak akan bisa menyaingi kenikmatan saat makan mi bersama teman-teman santri menggunakan nampan, bahkan kadang sendoknya gantian karena terbatas. Obrolan-obrolan seru akan menemani makan kami, termasuk gosip-gosip up to date sekitar pesantren.
"Eh katanya Ning Salwa dijodohin loh sama kang santri sini." shofi, sang pemburu gosip handal mulai mengeluarkan bahan gosipan nya. Tanya saja semua tentang gosip di pesantren Al-Amin, dia pasti tahu.
"Kamu udah tau aja shof, aku yang di Ndalem aja belum tau." Aku menimpali dengan tanpa berpaling dari rasa mi yang semakin sedikit semakin gurih.
"Kayaknya sih sama Kang jamal. Kan santri kepercayaannya Abah itu Kang jamal." Aku langsung tersedak mendengar lanjutan gosip dari shofi.
"Kamu kenapa lin?" shofi langsung sigap mengambil air di sampingnya dan memberikan padaku.
"Aku kesedak cabe, pedes banget!" Pada nyatanya aku tersedak dengan kenyataan berita ini. Aku pamit mengundurkan diri dari lingkaran mi instan itu dengan alasan masih terasa sakit di tenggorokan.
Aku tak ingin mereka melihat tangisku yang ternyata tak bisa dibendung. Tidak ada yang tahu perihal hubunganku dan Kang jamal. Aku sengaja menyimpannya rapat-rapat. Aku masuk ke dalam kamar mandi untuk menenangkan diri. Kutarik nafas dalam-dalam untuk mengeluarkan sesak. Aku terus menenangkan diri dan terus mencari pembenaran bahwa berita itu hanyalah gosip yang tak tentu benar.
***
"Mbak"
"Dalem"