"Terima kasih, Bi," ucap Axel. "Bi," ucap Axel menahan Sarah yang hendak kembali ke dapur.
"Ada apa, Tuan? Ada yang Anda butuhkan?" tanyanya.
"Tidak ada. Aku hanya tidak ingin kau memanggilku dengan sebutan 'Tuan'. Panggil aku Axel saja," ucap Axel menjelaskan maksudnya.
"Baik, Tu- ... Nak Axel, maksud saya," ucap Sarah kikuk. Sesungguhnya dia tidak biasa memanggil Axel dengan sebutan nama saja. Kemudian wanita paruh baya itu pergi.
Axel menyunggingkan senyum saat orang yang sejak tadi ditunggu, akhirnya datang. "Bagaimana sekolahmu?" tanyanya menyambut Calvin.
"Menyenangkan! Tapi, Bu Sandra tetap saja memanggilku dengan sebutan 'tua', menyebalkan sekali," keluh Calvin kesal.
Axel terbahak mendengar itu. "Kau memang terlihat sangat tua untuk ukuran anak seusiamu, Calvin" Axel lekas menarik kedua pipi adiknya yang menggebung.
"Akh, kau ini ... sama saja dengan yang lain," Calvin lekas melepaskan diri dari tarikan pipi Axel. "Orang dewasa selalu saja tidak bisa membuat anak kecil sepertiku merasa senang," ucapnya kesal. "Jadi ..., ada maksud apa kau menyambutku di teras seperti ini? Tidak biasanya."
"Bagaimana orang tidak akan meledekmu tua, kalau gaya bicaramu seperti itu?" Bukannya menjawab, Axel malah mencibir adiknya.
"Kalau hanya mau mencibirku, aku akan masuk!" ancam Calvin,
"Oke, baiklah ...," ucap Axel menyerah. "Aku akan mengajakmu ke sebuah tempat," katanya lagi. Kali ini Axel benar mengutarakan maksud.