Calvin diam sejenak. Setelah sekitar tiga helaan nafas, barulah mulutnya terbuka, "Kenapa kamu memberiku cat warna lavender saat awal perkenalan kita, dulu?"
Bianca kembali mengeluarkan senyuman terbaiknya, "Karena aku mengagumimu, dan warna cat itu adalah lambangnya."
Calvin tersenyum, kemudian melangkah pergi meninggalkan Bianca. Wanita itu tak kuasa mengeluarkan air mata sesaat setelah kepergian Calvin. Dia merasa ada sesuatu yang spesial pada diri anak itu sejak pertama kali bertemu. Maka dari itu, pantas rasanya jika dia memberinya cat berwarna lavender. Ya, Bianca sungguh mengaumi bocah itu, Calvin.
**
Calvin terlihat panik saat melihat beranda ruangan tempat perawatan Bianca tertutup rapat. Bianca tidak lagi ada di beranda seperti biasanya. Bahkan ruangan di dalamnya dibiarkan gelap tanpa ada penerangan satu pun, sungguh di luar dari biasanya. Saat Calvin mencoba mengetuk ruangan itu, dia sama sekali tidak mendapatkan jawaban apa pun. Bianca menghilang entah ke mana.
"Ada yang bisa dibantu, Dik?" tanya seorang perawat saat melihat Calvin yang sedangan kebingungan.
"M-maaf, suster. Kalau boleh tahu, ke mana pasien yang menempati ruangan ini?"
Si perawat mengerutkan keningnya. "Maaf, Dik. Ruangan ini sejak dua bulan lalu memang kosong," jawab si perawat kemudian.
"K-kosong? Maksud suster?" Â Calvi tidak percaya.
"Iya, ruangan ini memang tidak ada yang menempati. Kalau boleh saya tahu, memangnya ada apa ya, Dik?"
Calvin terdiam, mencoba mencerna apa yang dikatakan perawat itu. Yang dikatakannya sungguh tidak masuk akal. Tanpa bicara lagi, Calvin langsung beranjak pergi meninggalkan bangunan itu dengan pikirannya yang gamang. Setelah sekitar sepuluh langkah meninggalkan tempat biasa dirinya dan Bianca bertemu, dia kembali menengok ke pagar besi berukuran kecil. Di sana dia tidak salah lihat, [A-8] dan itu memang benar ruangan tempat Bianca dirawat.