Dan dengan itu, IndiHome-Man keluar dari gedung.
Langit mulai cukup gelap. Saat itu hampir jam 6 sore. Farhan benar-benar harus pulang, dia tidak ingin ibunya khawatir. Tapi, pertama-tama, dia harus ke kantor pusat Telkom Indonesia untuk mengecek Nurul dan yang lainnya.
Dengan menarik napas dalam-dalam, IndiHome-Man mengudara untuk terakhir kalinya hari itu.
---
Kantor Pusat Telkom Indonesia terlihat indah di langit senja yang menguning. Itu berdiri tegak dan bangga atas lingkungannya.
Farhan melepas jas khususnya di kamar mandi umum. Dia kembali ke wujudnya yang biasa lagi -- seorang bocah SMP ingusan.
"Halo, Nak. Selamat sore!" Pak Geger, sang resepsionis menyapanya. "Ya terima kasih!" Dia membalas.
Nurul berada di lantai 3, di ruang operator yang memiliki terlalu banyak monitor. Biasanya Farhan suka naik tangga karena memberikanya suatu kesempatan olah raga, tapi sekarang dia merasa harus naik lift saja agar tidak terlambat pulang. Ia menggigil memikirkan amarah ibunya.
Alunan musik jazz yang menenangkan menutupi rasa mualnya saat lift bergerak naik turun.
"Aku disini!" Farhan menghambur masuk ke ruang operasi. "Hari yang panjang, ya?" goda Nurul. Selain dia, ada beberapa orang lain di sana melihat komputer mereka masing-masing, tapi jumlah pekerja lain tidak banyak.
Farhan merentangkan tangannya, menjatuhkan pantatnya ke atas busa lembut kursi ruangan operasi "Jadi, bagaimana hasilnya?" Nurul mengklik beberapa tab di komputernya. "Nah, karyawan toko video sedang berbicara dengan bosnya sekarang. Lihat!" Dia menunjuk ke layar yang menunjukkan rekaman CCTV dari pemuda itu berbicara dengan bosnya. "Tapi gue kurang kedengeran. Jadi ga tau reaksi si bosnya gimana."