"Kamu ada apa sih? Kalau memang tidak suka, tidak usah berangkat!" ucap Selvi sedikit keras.
"Tuh, kamu lihat kan! Adik saya yang tidak pernah berani bernada tinggi, sekarang berani dan semua itu gara-gara kamu!" kata Haidar ke Putri dengan menunjuk tangan kanannya ke arah Putri.
Menurut silsilah keluarga, Putri memang bukan bagian mereka. Dia adalah anak dari istri pertama tetapi lahir dari Ayah yang berbeda, sementara yang lainnya lahir dari istri kedua, yang sayangnya setelah melahirkan anak ke 6 meninggal dunia.
Sejak dulu, semua saudara memang memperlakukan Putri berbeda, terlebih Widya yang begitu membencinya. Hanya anak terakhir saja, sangat menyayangi dan mau melindunginya.
Sikap Widya menjadi berbeda setelah dirinya tahu, bahwa Putri yang sudah menolong semua saudara-saudaranya, dari sebuah musibah yang pernah menimpa mereka, sehingga kehilangan rumah.
Semenjak saat itulah, satu per satu mulai menerima dan menghargainya sebagai anak tertua. Hujatan, masih terus diberikan kepada Putri, Ardan yang mendengarnya, sengaja untuk berdiam diri, dia hanya ingin membuktikan seberapa jauh langkah Haidar.
"Apapun, yang akan kamu lakukan saya akan tetap menyelenggarakannya!" kata Putri yang menampar Haidar cukup keras.
"Dasar orang yang nggak tahu diri!" kata Haidar yang setelahnya mendapatkan tamparan keras dari Selvi.
"Kamu kak, yang tidak tahu diri!" kata Selvi dengan nada berapi-api.
Putri memutuskan untuk pergi dari Rumah Widya, dirinya merasa tugasnya sudah selesai, sekarang waktunya untuk mempersiapkan semua untuk pertemuan keluarga tersebut.
Haidar semakin takut, terlebih semua keluarga sudah mulai memesan tiket dan merencanakan kegiatan mereka. Suasana yang begitu hangat dan sangat diinginkan oleh Widya serta kedua orang tuanya.