Mohon tunggu...
Nusantara Rizky
Nusantara Rizky Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis aktif baik cerpen, puisi, dan berbagai artikel di berbagai media Kalau di beranda kamu menemukan nama Nusantara Rizky Jangan lupa di sapa dan follow Semoga semua karya saya menginspirasi, menyenangkan dan menghibur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Keluarga

4 September 2024   12:34 Diperbarui: 4 September 2024   12:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sayur Sop, kesukaan Widya dan anak cucunya," jawab Putri yang mulai menyiapkan piring dan gelas di meja.

"Kabar Pakdhe gimana, sudah baikan?" Tanya Haidar yang duduk di salah satu kursi kemudian melihat apa yang sedang disajikan oleh Putri

"Alhamdulillah,"

"Kalau menurut hemat saya, lebih baik pertemuan keluarganya diundur atau batal saja, kasihan Pakde masih sakit," kata Haidar yang mencoba mempengaruhi Putri sekaligus menikmati makanan yang disajikan

"Tapi itu, amanat dari Widya di detik terakhirnya," jawab Putri sembari mengenang permintaan terakhirnya adiknya itu.

"Ya, kalau aku sendiri semua terserah kakak, hanya memberikan saran dan mengutamakan yang penting, " kata Haidar yang terus mencoba mempengaruhi Putri dan berharap bisa menjadi bahan pertimbangannya.

Putri tidak menanggapinya, dia kemudian pergi ke kamar anak-anak Widya untuk melihat keadaannya. Sementara itu, Selvi datang dan mengambil air minum lalu duduk di dekat Haidar.

"Aku bingung deh sama Kakak, kenapa sih dari kemarin terus saja bahas acara keluarga batal atau mundur?" Kata Selvi yang mulai mengambil nasi dan sayuran di meja makan.

Haidar terkejut dengan pertanyaan itu, jantungnya perlahan berdegup kencang, dirinya berupaya memikirkan jawaban yang tepat, agar kecurigaan adiknya itu tidak semakin menjadi.

"Nggak ada,": Jawabnya singkat.

Selvi memandangi wajah Haidar cukup lama, kedua bola matanya mengungkapkan rasa tidak percaya. Risih dipandang seperti itu oleh adiknya, Haidar kemudian berdiri dan pergi, dalam pikirannya terus berupaya memikirkan jawaban yang tepat apabila pertanyaan itu muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun