Mohon tunggu...
Nusantara Rizky
Nusantara Rizky Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis aktif baik cerpen, puisi, dan berbagai artikel di berbagai media Kalau di beranda kamu menemukan nama Nusantara Rizky Jangan lupa di sapa dan follow Semoga semua karya saya menginspirasi, menyenangkan dan menghibur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kaca

28 Desember 2017   19:51 Diperbarui: 28 Desember 2017   19:53 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dari kemarin kamu mnyuruh saya untuk kasih dia kaca, apa maksudnya? Saya nggak paham."

"Sudahlah, kasih dia kaca saja, orang nyisir dan nyindir itu sama-sama butuh kaca."

Beberapa hari kedepan adalah ulang tahun Nurul. Semua karyawan di undang di acara pesta ulang tahunnya, termasuk Herman. Hampir setiap karyawan membicarakan kado apa yang pantas untuk Nurul. Herman teringat akan kata-kata Asih yang menyuruhnya untuk memberikannya sebuah kaca.

Herman berkeliling mencari kaca yang sekiranya pantas dijadikan sebuah kado ulang tahun. Pedagang yang mendengar keinginan Herman itu tertawa terbahak-bahak. Baru kali pertama dia mengetahui sebuah kado ulang tahun adalah kaca. Herman pun menyadari bahwa kado yang diberikannya termasuk salah satu kado teraneh yang pernah diberikan. Namun, dia meyakini kadonya adalah kado yang terbaik.

Begitu meriahnya pesta ulang tahun yang diadakan Nurul. Hampir semua teman-teman Nurul datang ke pesta ulang tahunnya. Herman yang datang, sempat berkeliling ke rumah Nurul. Cukup banyak kaca yang terdapat dirumah Nurul, Herman pun sempat berpikir ulang untuk memberikan kado itu.

"Kamu salah, di rumahnya terdapat banyak sekali kaca."

"Lalu?"

"Ya sudah, saya tetap berikan kado yang berisi kaca itu kepada Nurul."

"Benarkah?"

Setelah pesta ulang tahun tersebut, Nurul mengalami perubahan sikap yang cukup membuat semua orang merasa heran. Nurul yang biasanya memulai pembicaraannya mengenai Herman, kini hanya terlihat diam seribu bahasa. Bahkan, terlihat tak berdaya dihadapan Herman.

Satu minggu ini, keadaan menjadi terbalik. Biasanya, Herman yang selalu menempati peringkat pertama, kini digeser oleh Nurul. Sikap pendiamnya akhir-akhir ini menjadi pembicaraan yang sangat hangat. Nurul pun juga tampak malu bila bertemu dengan Herman, dia selalu menundukkan kepalanya dan menegurnya dengan penuh keramahan dan kesopanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun