"Kenal Pak."
"Pemuda itu siapa? Dia datang untuk melamar kamu Nak."
"Benar Pak? Ya Allah.."
"Bapak ke sini mau nanya kamu, kamu terima atau tidak niat baik mereka terhadap kamu? Putra gimana Nak?"
Sisi terduduk memegang kaki Pak Arif.
"Sisi minta maaf Pak, Sisi gak bisa dengan Mas Putra. Sisi gak bisa pak."
"Berdiri nak, berdiri. Kamu jangan seperti ini."
"Sisi benar-benar minta maaf sama Bapak dan Ibu."
"Hapus air mata kamu, cukuplah air mata kamu selama ini yang penuh kesedihan. Saatnya kamu bahagia sekarang ya." Bapak mengusap kepala Sisi.
"Bapak restui kami? Bapak setuju?" Sisi bertanya seolah tak percaya.
"Demi kebahagiaan kamu, ridho bapak untuk kamu Nak."