"Alhamdulillah Paman, makasih banyak paman."
Surya merasa tenang mendapat dukungan dari Pamannya.
"Masalah hal-hal lain yang harus disediakan nanti kita bicara lagi dengan Bibi kamu."
"Iya Paman. Surya percayakan dengan Paman dan Bibi ya."
***
"Si, kamu setuju kan Nak?" Ibu bertanya karena ternyata keluarga Putra sudah meminta izin untuk melamar Sisi.
"Sisi mohon beri waktu ya Bu. Sisi masih ragu Bu."
"Apalagi sayang, orang tua Putra sudah mendesak Bapak. Bapak bilang tinggal persetujuan kamu."
Sisi menangis bingung harus menjawab apa. Zikir terus berulang di lubuk hatinya terdalam. Memohon petunjuk terbaik dan tak ingin menyakiti banyak hati. Sungguh tak ingin mengecewakan Bapak dan Ibu yang sudah banyak membantunya sejak dulu dia masih hidup susah dulu. Jangan sampai dia dikatakan kacang lupa kulitnya dan tak tahu balas budi. Apa Putra yang lebih dulu melamarnya. Kemana Surya. Saat ini dia butuh sosok yang menenangkan itu. Sosok yang membuatnya damai dan nyaman.Â
***
"Bagaimana Pak Arif? Anak saya sudah tak sabar sepertinya."Â