Hingga akhirnya peperangan pun sudah tak mampu dielakan, kedua pasukan bertemu di dekat Ankara pada tahun 804 H/1402 M. kekuatan tentara Bayazid 120.000 orang mujahid yang siap menghadapi musuh. Sedangkan Timur Lenk 800.000 tentara. Pada tanggal 20 Juli 1402 M/804 H. Dalam peperangan ini anak buah Timur Lenk berhasil mengalahkan tentara Ustmani dan Bayazid sendiri berhasil ditangkap. Bayazid berada dalam tahanan Timur Lenk, sampai wafat satu tahun kemudian. Setelah wafatnya Bayazid Timur Lenk menciptakan konflik diantara putra Bayazid, perlu diketahui Bayazid mempunyai lima orang putra semuanya pernah terlibat pertempuran. Putranya yang bernama Musthafa diperkiran telah terbunuh pada peperangan. Musa ditawan bersama Bayazid di penjara Timur Lenk. Sedangkan tiga putera lainnya berhasil selamat dan dalam pelarian. Putera terbesarnya Sulaiman, melarikan diri ke Adrianopel. Disana ia mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan. Sedangkan puteranya yang bernama Isa pergi ke Bursa dan mengumumkan kepada rakyat, bahwa dia adalah pengganti ayahnya. Adapun Muhammad putra bungsu Bayazid dengan beberapa tentara, menarik diri ke Amasia Timur Laut Asia Kecil. Tanpa membutuhkan waktu panjang sengketa politik ini jelas merebak diantara ketiga putra Bayazid tersebut. Saat konflik antar putra Bayazid tengah sengit, Timur Lenk dengan perasaan "sangat menikmati" konflik itu, sengaja melepaskan Musa, putra Bayazid lain, yang sebelumnya ditahan bersama Ayahnya.Â
Tentu tujuan Timur Lenk disini agar konflik internal antar pewaris kekuasaan itu semakin sengit dan lebih "nikmat di tonton". (Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah. Pustaka Al-Kautsar, 2003. h. 73-74
Konflik antar putra-putra Bayazid sekitar 10 tahun (806-816 H/1403-1413 M). Timur Lenk sendiri hanya setahun menduduki wilayah itu, lalu meninggalkan wilayah Ustmani dalam keadaan Negara itu penuh dengan konflik.
Alhasil, Dimulai dari asal-usul sampai perkembangannya dinasti Turki Ustmani (periode pertama) dengan empat orang Sultan dan masa total masa pemerintahan 102-103 thn telah menuai segudang hasil pada ekspansi wilayah, reformasi militer. Tentunya pencapaian tersebut didukung kuat dengan karakter para pemimpin yang telah ditempa oleh pendidik atau sultan sebelumnya. Hingga menjadikan para pelanjut nya tidak menjadi pemimpin/sultan yang lemah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H