Mohon tunggu...
Rizieq Ramadhan
Rizieq Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Trilogi; Baca-Diskusi-Nulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal Usul Perkembangan Dinasti Turki Ustmani

1 Februari 2023   21:45 Diperbarui: 1 Februari 2023   21:48 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tatkala Ertugrul, ayah Ustman melarikan diri bersama keluarganya yang berjumlah sekitar 100 keluarga menghindari serangan orang-orang Mongolia, tiba-tiba dia melihat dengan jelas sebuah keributan. Tatkala mendekati lokasi keributan itu, disana dia mendapati satu pertempuran sengit antara kaum Muslimin dan orang-orang Nasrani. Ketika itu, pendulum kemenangan berada di pihak orang-orang Byzantium. Melihat kenyataan tersebut, hati Ertugrul terdorong untuk menolong saudara-saudaranya kaum Muslimin. Bantuan ini ternyata menjadi penyebab kemenangan di pihak kaum Muslimin atas orang-orang Nasrani. Seusai pertempuran, komandan pasukan Seljuk memberi penghargaan atas sikap dan bantuan Ertugrul bersama rombongan. Dia memberikan sebidang tanah di perbatasan Anatolia, di dekat perbatasan Romawi. Selain itu dia diberikan wewenang menaklukan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Romawi. Dengan demikian, pemerintah Saljuk telah berhasil membentuk sekutu baru, dalam berjihad melawan orang-orang Romawi. Persekutuan antara Saljuk dan negeri baru itu terjalin kuat, karena adanya satu musuh bersama (common enemy). (Ali Muhammad Ash-Shallabi, loc. cit, hlm. 36).

Ertugrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan puteranya, Ustman. Putera Ertugrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Ustmani. Ustman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng Byzantium yang berdekatan dengan kota Burusah/Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Ustman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang di dudukinya. Sejak itulah kerajaan Ustmani/Dinasti Ustmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Ustman yang sering disebut Ustman I. (Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, 1993, hlm. 130).

Sejarah Perkembangan Dinasti Turki Ustmani

Terkait pengembangan dinasti Turki Ustmani akan penulis uraikan perjalanan dinasti Turki Ustmani dari masa Ustman bin Ertugrul sampai Bayazid bin Murad I. Tentunya dengan relevansi ekspansi wilayah, karakter kepemimpinan, serta pencapaian di setiap kepemimpinan para Sultan.

Pertama, sultan Ustman bin Ertugrul. Setelah Ustman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Ustman (raja besar keluarga Ustman). Tahun 699 H/1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Burusah/Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M, kota Burusah dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. (Badri Yatim, loc. cit, hlm. 130).

Ustman dikenal dengan sikapnya yang bijaksana, setelah menerima estafet kepemimpinan dari pendahulunya, Ustman melihat bahwa merupakan sebuah tindakan yang bijaksana jika dia bergabung bersama sultan Alauddin untuk menggempur orang-orang Nasrani. Hal ini di dukung oleh adanya suatu penaklukan-penaklukan beberapa kota pertahanan dan benteng-benteng musuh. Oleh sebab itu dia mendapat kepercayaan dari sultan Saljuk Romawi, sultan Alauddin untuk menjadi Amir. Sultan mengizinkan dirinya membuat mata uang dengan melukiskan namanya sendiri. Di samping itu namanya disebutkan di khutbah-khutbah Jum'at di wilayah yang menjadi kekuasaanya. (Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah. Pustaka Al-Kautsar, 2003, hlm. 40).

Sabar, sifat sabarnya tampak saat melakukan penaklukan benteng dan negeri-negeri. Dia mampu membuka benteng Katah, benteng Lafkah, Aaq Hishar, dan Qauj Hishar pada tahun 707 H. Sedangkan pada tahun 712 H, dia mampu membuka benteng Kabwah, Yakijah, Tharaqulah, Takrar Bikari dan lainnya. Penaklukan benteng-benteng tersebut, besar pengaruhnya dalam menaklukan Burusah/Broessa pada tahun 717 H/1317 M. Dimana, penaklukan kota itu bukanlah hal gampang. Untuk menaklukan kota Burusah/Broessa diperlukan waktu cukup panjang dan pertempuran yang bertahun-tahun. Bahkan penaklukan kota Burusah, merupakan penaklukan paling sulit yang pernah dilakukan Ustman. Dimana, dia terlibat pertempuran sengit dengan pemimpin kota itu yang bernama Ikrinus bertahun-tahun lamanya. Hingga akhirnya Ikrinus menyerah dan menyerahkan kota Burusah kepada Ustman. (Ibid, hlm. 40).

Adil, sebagian besar referensi yang berasal dari Turki menyebutkan, bahwa Ertugrul mengangkat anaknya Ustman menjadi qadhi di kota Qarahjah Hisha, setelah dia mampu mengambil alih wilayah itu dari tangan orang-orang Byazantium pada tahun 684 H/1285 M. Suatu saat Ustman memenangan perkara orang Byzantium Turki. Maka orang itu pun sangat heran dan bertanya kepada  Ustman; "Bagaimana mungkin engkau memberi keputusan hukum yang mendatangkan maslahat kepadaku, sedangkan saya sendiri tidak seagama denganmu?".

Lalu Ustman menjawab, "Bagaimana mungkin saya tidak memutuskan perkara yang mendatangkan maslahat padamu padahal, Allah Tuhan yang saya sembah berfirman, 'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia, supaya kamu menetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat." (An-Nisa:58). Keadilan inilah yang telah membuat orang tadi mendapat hidayah dan masuk Islam. Alhamdulilllah. (Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah. Pustaka Al-Kautsar, hlm. 42).

Menjelang wafatnya Ustman bin Ertugrul mewasiatkan kepada anaknya, wasiat Ustman ini kelak akan menjadi pedoman bagi pemerintahan dinasti Ustmani; "Wahai anakku, janganlah kamu menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Rabb Alam semesta. Jika kamu menghadapi kesulitan dalam masalah hukum, maka bermusyawaralah dengan ulama-ulama yang mengerti agama.

Wahai anakku, hormatilah orang yang taat kepadamu dengan penuh bangga, dan berbuat baiklah kepada para tentara, dan janganlah seta memperdayakanmu karena banyaknya tentara dan harta. Janganlah engkau menjauhu ahli Syariah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun