Mohon tunggu...
Rizieq Ramadhan
Rizieq Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Trilogi; Baca-Diskusi-Nulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal Usul Perkembangan Dinasti Turki Ustmani

1 Februari 2023   21:45 Diperbarui: 1 Februari 2023   21:48 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Wahai anakku, sesungguhnya kau tahu tujuan kita semua adalah mencari ridha Allah, Rabb alam semesta; dan sesungguhnya jihad meliputi semua cahaya agama kita di seluruh cakrawala sehingga ridha Allah akan turun kepada kita.

Wahai anakku, kita bukanlah golongan manusia yang berperang karena dorongan nafsu untuk menguasai. Kita ini hidup diatas Islam dan untuk Islam pula kita mati. Inilah anakku apa-apa yang mesti kamu perhatikan. (Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah. Pustaka Al-Kautsar, 2003, hlm. 44-45).

Saat Ustman I meninggal, dia telah mewariskan Kekhalifahan Ustmani dengan luas 16.000 Km persegi. Dengan Negara yang baru lahir, dia telah bisa menembus laut Marmara, dengan bala tentaranya dia telah berhasil mengancam dua kota utama Byzantium kala itu, yakni Azniq dan Burusah. (Ibid, hlm. 46)

Setelah wafatnya Ustman, puteranya bernama Orkhan (726-761H/ 1327-1360 M). Segera memangku kekuasaan. Dia melakukan kebijakan sebagaimana yang dilakukan ayahanya dalam administrasi Negara dan penaklukan-penaklukan negeri. Pada 727 H/ 1327 M, Nicomedia/Izmit (Sekarang) jatuh ketangannya. Kota itu kini dikenal dengan sebutan Azmiyet. Di tempat inilah, Orkhan mendirikan sebuah universitas untuk pertama kalinya. Dia menyerahkan urusan administrasi kepada Daud Al-Qaishari, salah seorang ulama Ustmani yang pernah belajar di Mesir. Orkhan sangat memperhatikan struktur tentara sesuai dengan masanya dan menjadikannya sebagai tentara yang terorganisir. (Ibid, hlm. 47).

Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya yang berjudul "Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah" mengatakan bahwa, sultan Orkhan begitu terobsesi untuk merealisasikan apa yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah Saw diatas, menjadikan sultan Orkhan sangat bersemangat untuk segera mewujudkannya. Langkah pertama siap dilakukannya ialah membangun dan membentuk sebuah pasukan yang kuat, yang siap bertempur kapan saja. Langkah kedua, meletakkan sebuah usaha-usaha yang strategis untuk melakukan pengepungan terhadap ibu kota Byazantium tersebut. Usaha pengepungan tersebut dilakukan baik dari arah barat maupun timur sekaligus. Guna merealisasikan tujuan itu, sultan Orkhan mengirim putera mahkotanya yang bernama Sulaiman bin Orkhan untuk melintasi selat Dardanil. Misinya ialah agar secepatnya dapat menguasai beberapa wilayah di sebelah barat ibu kota Byazantium. Sucipto, "Kebijakan Militer Sultan Orkhan Pada Masa Dinasti Turki Ustmani". Thesis Magister Humaniora, Perpustakaan Digital UIN Suka, hlm. 6)

Pada tahun 758 H, Sulaiman berhasil menyebrangi Selat Dardanil pada malam hari bersama 40 orang tentara penunggang kuda. Tatkala sampai di tepi barat, maka mereka mengambil-alih beberapa kapal milik tentara Romawi yang sedang berada di tempat itu, lalu mereka kembali membawa perahu-perahu tersebut ke tepi timur, mengingat tentara Ustmani tidak memiliki armada laut saat itu. Perlu dipahami, kerajaan Ustmani waktu itu baru saja berdiri. Di tepi timur inilah, Sulaiman memerintahkan pasukannya untuk menaiki perahu-perahu itu yang akan membawa mereka ke pantai Eropa, dimana mereka akhirnya mampu menaklukkan benteng Tarnab, Ghalmabulli, yang didalamnya ada benteng Jana, Aspala, dan Rodestu. Semuanya berada di selat Dardanil yang membentang dari utara ke selatan. Dengan ini sultan Orkhan telah melakukan sebuah langkah penting dan membuka jalan bagi penguasa yang datang setelahnya, untuk menaklukan Konstantinopel. Namun hal itu juga ditebus dengan wafatnya Sulaiman, sang putra mahkota sultan Orkhan kelak, ketika sultan Orkhan wafat, kekuasaan dilanjutkan oleh adik Sulaiman yaitu Murad bin Orkhan. (Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah. 2003. Pustaka Al-Kautsar, hlm. 48).

Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara Sipahi (tentara regular) yang mendapatkan gaji pada tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al- Ghanimah). Ketiga tentara Jenisari direkrut pada saat berumur dua belas tahun, kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dan disiplin yang kuat. (Muhammad Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Bagaskara, Yogyakarta, 2019, hlm. 31).

Penamaan tentara baru tersebut berawal ketika sultan Orkhan menemui ulama yang takwa yaitu Haji Baktasy, sultan Orkhan meminta doa kepadanya, agar Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada pasukannya. Haji Baktasy melihat pasukan dengan penuh antusias, lalu meletakkan tangannya di atas kepala seorang tentara, kemudian berdoa kepada Allah agar mukanya menjadi bersih bersinar dan menjadikan pedangnya demikian tajam dan semoga Allah memenangkan mereka dalam setiap kali peperangan. Kemudian dia melihat kepada pada Orkhan dan bertanya, "Sudahkah kau beri nama tentara ini ?" sultan Orkhan menjawab belum! Haji Baktasy pun berkata, "Jika belum, namailah Yani Tasyri yang berarti 'tentara baru'. (Ali Muhammad Ash-Shallabi, op. cit, hlm. 51).

Tentara tersebut dibagi dalam, sepuluh, seratus dan seribu setiap kelompoknya. Mereka diasingkan dari keluarga. Mereka membawa kejayaan Ustman. Pasukan elit ini dikeluarkan saat tentara reguler dan tentara ireguler sudah lelah dalam pertempuran. Dengan cepat dan sigap pasukan ini menyerbu setiap musuh yang datang melawan. Dalam perluasan wilayah Ustmani, mereka paling besar jasa. (Muhammad Abdul Karim, op. cit, hlm. 311-312).

Pada tahun 1358 M, terjadi sebuah gempa besar di kota-kota Turaqiya sehingga menyebabkan ambruknya benteng-benteng Gallipoli. Peristiwa ini melicinkan jalan bagi kaum Muslimin untuk memasukinya. Kaisar Byazantium melayangkan protes terhadap apa yang dilakukan oleh tentara Orkhan itu. Namun tidak mendapatkan jawaban apa-apa. Jawaban Orkhan saat itu adalah, kekuasaan Ilahi telah membuka pintu-pintu kota di depan kekuatan pasukannya. Dengan demikian maka jadilah Galipolli sebagai basis pertama kesultanan Ustmani di Eropa. Dari sinilah kemudian bergerak pasukan Islam pertama yang akhirnya mampu menguasai Balkan. (Ali Muhammad Ash-Shallabi, op. cit, hlm. 53).

Setelah sultan Orkhan wafat, dia diganti oleh putranya, Murad bin Orkhan (761-791 H/1360-1389 M). Atau juga dikenal sebagai Murad I. Dia adalah sosok yang sangat pemberani, dermawan, dan agamis. Dia demikian kokoh berpegang teguh kepada syariat Islam dan sangat mencintainya. Dia berlaku adil kepada rakyat dan tentaranya, mencintai jihad, membangun masjid, sekolah-sekolah, dan tempat berlindung. Selain itu, dia dikelilingi sejumlah orang yang karakter baik, dari golongan para komandan, para ahli dan teknisi, serta militer. Bersama mereka itulah Murad I selalu bermusyawarah dalam masalah-masalah Negara. Dia telah mampu meluaskan wilayah di Asia Kecil dan Eropa sekaligus.21 Di Eropa, tentara kesultanan Ustmani menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai kekaaisaran Byzantium. Pada tahun 762 H/1360 M, dia menguasai Adrianapole (Edirne); dikenal sebagai sebuah kota yang sangat strategis di Balkan dan dianggap sebagai ibu kota Byzantium kedua. Sultan Murad menjadikan kota ini sebagai ibu kota pemerintahannya sejak tahun 768 H/1366 M. Dengan demikian, maka ibu kota pemerintahan Ustmani berpindah ke Eropa dan Adrianapole (Edirne) sebagai ibu kota pemerintahan Islam. (Ibid, hlm. 55).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun